Kamis, 29 Oktober 2009

Teknik-Teknik Wawancara

Survai atau dalam bahasa Inggris “survey” adalah salah satu bentuk atau jenis penelitian yang banyak dikenal dan disebut-sebut. Namun demikian seringkali kita salah-kaprah dalam menggunakan istilah tersebut. To survey adalah bertanya pada seseorang dan lalu jawabannya direkam (Cooper dan Emory, 1995) Survey adalah satu bentuk teknik penelitian di mana informasi dikumpulkan dari sejumlah sampel berupa orang, melalui pertanyaan-pertanyaan; satu cara mengumpulkan data melalui komunikasi dengan individu-individu dalam suatu sampel (Zikmund,1997) Survey adalah metoda pengumpulan data melalui instrumen yang bisa merekam tangapan-tanggapan responden dalam sebuah sampel penelitian (Nan Lin1976) Walau umumnya orang bisa saling mempertukarkan istilah “survey” dengan “daftar pertanyaan” , namun istilah survey digunakan sebagai kategori umum penelitian yang menggunakan kuesioner dan wawancara sebagai metodenya (Gay dan Diehl, 1992). Survai merupakan satu metode penelitian yang teknik pengambilan datanya dilakukan melalui pertanyaan - tertulis atau lisan (Bailey, 1982) .
Dari berbagai tulisan yang disusun oleh pakar tersebut maka dapat dimaknakan bahwa survai boleh disebut sebagai satu bentuk penelitian yang respondennya adalah manusia; dan untuk bisa memperoleh informasi daripadanya maka perlu disusun satu instrumen penelitian yaitu kuesioner (daftar pertanyaan) dan atau pedoman wawancara (interview guide). Dengan demikian penggunaan istilah survai tidak tepat jika pada waktu mencari data, peneliti tidak bertanya (secara tertulis maupun lisan) kepada responden. Oleh karena itu dalam beberapa buku tentang metode penelitian, survai dibahas dalam topik teknik pengumpulan data, karena titik tekan kata “survey” adalah pada cara perolehan data.

Ciri-ciri Survai
Di bawah ini disajikan beberapa karakteristik penelitian yang bentuknya survai . (Nan Lin, 1976).
Pertama : Melibatkan sampel yang mampu mewakili populasi. Jadi teknik pengambilan sampelnya harus sampling probabilistic (sampel acak). Survai yang dilakukan terhadap populasi dinamakan sensus.
Kedua : Informasi yang dikumpulkan berasal langsung dari responden. Responden dapat menyatakan langsung pandangannya berdasarkan pertanyaan tertulis yang diberikan kepadanya (kuesioner), atau juga berdasarkan pertanyaan lisan (wawancara).
Ketiga : Karena sampel harus representatif (mewakili populasi), maka ukuran sampelnya relatif banyak (sebanding dengan populasi), dibandingkan dengan metode lainnya.
Keempat : Penarikan data dilakukan dalam tatanan yang natural, apa adanya, sesuai dengan kondisi sebenarnya. Responden harus tidak boleh mengemukakan tanggapannya dalam lingkungan asing yang tidak nyaman, atau akrab dengan dirinya. Misalnya, kuesioner diisi di ruang khusus. Biasanya peneliti datang ke tempat kerja atau ke rumah responden.
Karena karakterisik yang demikian tadi, di mana melalui survai memungkinkan peneliti melingkup wilayah yang lebih luas, maka banyak penelitian sosial menggunakan metode ini. Pada dasarnya ada dua bentuk penelitian survai yaitu survai dengan cara wawancara, dan survai dengan cara memberikan daftar pertanyaan (kuesioner).

Prinsip penyusunan pertanyaan
Kata kunci survai adalah “bertanya”. Artinya kalau kita mengadakan penelitian di mana datanya diperoleh dari hasil pertanyaan yang kita ajukan, maka penelitian tersebut sudah bisa dimamakan survai. Agar pertanyaan yang diajukan kepada responden bisa menghasilkan jawaban yang berguna bagi penelitian maka ada beberapa prinsip yang perlu dikuasai dan dilaksanakan oleh seorang peneliti.
1. Kuasai konsep penelitian. Hal ini sangat penting karena tanpa penguasaan konsep penelitiannya, maka besar kemungkinan peneliti akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak relevan. Seorang peneliti yang ingin meneliti tingkat produktivitas , dia harus benar-benar mengerti konsep “produktivitas”. Demikian pula jika dia ingin meneliti bauran pemasaran maka penguasaan konsep “bauran pemasaran” merupakan syarat yang tidak dapat ditawar (conditio sine qua non).
Sumber penguasaan konsep adalah informasi-informasi yang berasal dari buku-buku teks, jurnal-jurnal ilmiah, yang secara khusus membahas konsep tersebut. Agar penguasaannya cukup komprehensif, disarankan kepada peneliti untuk mempelajari konsep penelitiannya tidak hanya dari satu atau dua sumber, melainkan dari banyak sumber sehingga konsep penelitiannya memperoleh dukungan akademik yang memadai.
Catatan : Ada beberapa penulis yang membedakan kata “concept” dengan “construct”. Menurutnya concept untuk sesuatu yang kongkret, misalnya “upah”, “usia”, “pohon”. “rumah” dsb. sedangkan construct untuk sesuatu yang abstrak misalnya “motivasi”, kepuasan”, “haus”, “belajar”, “citra”, “budaya” dsb.
2. Tetapkan variabel utama penelitian Yang dimaksud adalah variabel utama pada dasarnya adalah konsep utama penelitian.. Konsep tadi bisa disebut variabel jika mempunyai nilai yang bervariasi. Jenis kelamin disebut variabel karena ada dua variasi yaitu laki-laki dan perempuan. Usia bisa disebut variabel karena ada yang berusia 12 tahun, 19 tahun dst. Lajimnya, variabel utama penelitian secara eksplisit tertulis dalam judul penelitian. Misalnya judul penelitian adalah “pengaruh upah terhadap kinerja”, maka variabel utama adalah “upah” dan “kinerja”. Besarnya upah bervariasi, demikian pula kinerja pegawai.
3. Tetapkan variabel pendukung. Yaitu variabel lain di luar variabel utama yang oleh peneliti dianggap sebagai sesuatu hal yang dapat mendukung analisis hasil penelitiannya. Misalnya, penelitian tentang kepuasan kerja dapat memasukan variabel jenis kelamin dan usia jika kedua variabel tambahan tadi dianggap bisa mendukung atau penting bagi analisis hasil penelitian. Jika peneliti menduga bahwa pegawai wanita mempunyai tingkat kepuasan yang lebih rendah dibanding pegawai laki-laki, maka konsekuensinya adalah menambahkan variabel jenis kelamin ke dalam rancangan penelitiannya. Jumlah variabel pendukung sebaiknya dibatasi karena akan berakibat pada biaya (dana, waktu, tenaga ). Jika memang tidak penting sebaiknya jangan dimunculkan.
4. Susun definisi operasional variabel penelitian. Kegiatan ini sangat penting jika analisis penelitian dilakukan secara kuantitatif. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengurangi tingkat “keabstrakan” suatu konstrak sehingga bisa dilakukan pengukuran. Misalkan. “haus” diukur dengan jumlah air yang diminum; motivasi belajar diukur dengan jumlah jam membaca buku pelajaran. Makin abstrak variabel penelitiannya makin sulit dioperasionalisasikannya. Penelitian dalam bidang kebudayaan, filsafat, dan humaniora, lebih sering menggunakan analisis kualitatif antara lain disebabkan oleh sulitnya memberikan definisi operasional pada variabel-variabel penelitiannya.

Survai melalui wawancara
Wawancara adalah teknik pengambilan data melalui pertanyaan yang diajukan secara lisan kepada responden. Umumnya teknik pengambilan data dengan cara ini dilakukan jika peneliti bermaksud melakukan analisis kualitatif atas penelitiannya. Wawancara bisa dilakukan secara tatap muka di antara peneliti dengan responden dan bisa juga melalui telepon . Di bawah ini digambarkan sebuah model yang menggambarkan berbagai variable yang mempengaruhi proses wawancara.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI DALAM WAWANCARA TATAP (DIMODIFIKASI)
















Sumber : Warwick, Donald P. and Lininger, Charles A, The Sample Survey : Theory and Practice, New York, Mc.Graw-Hill, 1975. Dalam “Teknik Wawancara”, Irawati Singarimbun, Metode Penelitian Survai, Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, LP3ES, Jakarta, 1989.

Agar memudahkan penjelasannya, model tersebut di atas tidak seratus persen dicontoh sama dengan sumber aslinya. Intinya, komunikasi dua arah di antara pewawancara dengan responden, di samping dipengaruhi oleh karakteristik dan kemampuan masing-masing pihak, di pengaruhi juga oleh variable lain, yaitu situasi di mana wawancara berlangsung dan isi pertanyaan. Misalnya, kalau pewawancara kemampuan berkomunikasinya kurang baik dan juga belum mengikuti pelatihan wawancara, respondennya tidak bisa baca tulis, maka bisa terjadi situasi yang disebut dengan istilah :”communication break-down”. Apalagi jika di ruang wawancara ada bapak Camat , lalu pertanyaannya tentang kebijakan kantor kecamatan dalam mendorong partisipasi masyarakat. Hasilnya sudah bisa diduga kira-kira bagaimana.

Kekuatan dan Kelemahan Wawancara
Bailey ( 1978) dalam bukunya Methods of Social Research menguraikan berbagai kekuatan dan kelemahan wawancara dalam suatu penelitian. Pertama adalah kekuatannya, yang terdiri atas :
1. Flexibility . Pewancara dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi yang dihadapi pada saat itu. Jika dia menginginkan informasi yang mendalam maka dapat melakukan “probing”. Demikian pula jika ingin memperoleh informasi tambahan, maka dia dapat mengajukan pertanyaan tambahan. Bahkan jika sebuah pertanyaan dianggap kurang tepat ditanyakan pada saat itu, dia bisa menundanya.
2. Response rate . Maknanya, wawancara cenderung ditanggapi secara lebih baik dibandingkan dengan kuesioner yang diposkan. Responden yang tidak mampu menulis atau membaca tetap bisa menjawab pertanyaan, demikian pula mereka yang malas menulis. Banyak responden yang lebih menyukai mengeluarkan pandangannya secara lisan daripada tulisan.
3. Nonverbal behavior. Pewawancara dapat mengobservasi perilaku nonverbal, Misalnya rasa suka, rasa tidak suka, atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan dan dijawab oleh responden.
4. Control over environment : Pewawancara dapat mengatur lingkungan di mana wawancara dilakukan, misalnya di ruangan tersendiri, atau tanpa kehadiran orang lain. Hal ini mencegah terjadinya jawaban yang diintervensi pihak lain.
5. Question order. Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga responden dapat memahami maksud penelitian secara lebih baik. Hal ini juga dapat menjamin pertanyaan dapat terjawab semuanya, kecuali memang respondennya tidak bersedia menjawabnya.
6. Spontaneity. Pewawancara dapat merekam jawaban-jawaban yang spontan. Dalam hal tertentu jawaban spontan bisa lebih jujur dan informative, kurang normative.
7. Respondent alone can answer. Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh responden yang telah kita tetapkan.
8. Completeness. Pewawancara dapat memperoleh jawaban atas seluruh pertanyaan yang diajukan.
9. Time of interview. Pewawancara dapat menyusun jadwal wawancara yang relatif pasti. Kapan, di mana, sehingga data yang diperoleh tidak keluar dari rancangan penelitian.
10. Greater complexity of questionnaire. Kuesioner umumnya berisikan pertanyaan yang mudah dijawab oleh responden. Melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang rumit dan mendetail.
Kelemahan :
1. Cost. Biaya supervisi lapangan, biaya latihan pewawancara, biaya perjalanan serta pemondokan, imbalan bagi responden, dan lain sebagainya Di Amerika dan Eropa khususnya, biaya yang harus dikeluarkan untuk seorang responden bisa sampai dengan 100 dolar pada tahun 1995 (Cooper dan Emory). Artinya kalau respondennya 100 orang peneliti harus menyediakan uang sekitar 75 juta rupiah. Di Indonesia belum ada tarif yang bisa diterima umum ketika seorang peneliti mewawancarai responden
2. Time. Waktu wawancara tidak dapat dilakukan kapan saja. Kadang responden hanya punya waktu sedikit, sehingga untuk menjawab seluruh pertanyaan diperlukan beberapa kali wawancara. Berdasarkan pengalaman, penelitian yang sampelnya banyak dan secara geografis berbeda domisilinya, bisa memakan waktu sekitar enam bulan .
3. Interview bias. Walau telah dilakukan tatap muka, namun kesalahan bertanya dan juga kesalahan mentafsirkan jawaban, masih bisa terjadi. Sering terjadi atribut (jenis kelamin, etnik, status sosial, jabatan, usia, pakaian, penampilan fisik, dsb) responden dan juga pewawancara mempengaruhi jawaban.
4. Inconvenience.. Karena kesibukan atau alasan lainnya, tidak sedikit responden mau diwawancarai. Namjun, karena sudah janji, responden tetap mau menjawab pertanyaan walau dalam kondisi tertekan, sakit, atau mengalami gangguan lainnya. Dan hal tersebut berpengaruh pada kualitas jawaban Berdasarkan banyak penelitian di bidang manajemen sumber daya manusia, pimpinan perusahaan lebih sering melarang peneliti mewawancari pegawainya. Kalau wawancara dilakukan di rumah juga sama. Mungkin mereka tidak punya waktu atau bisa juga karena mereka takut didatangi oleh orang asing.
5. Less anonymity. Dibanding melalui kuesioner, melalui wawancara responden sulit menyembunyikan identitas dirinya . Artinya pewawancara bisa dipandang mempunyai potensi yang bisa mengancam dirinya, sehingga jawaban harus dilakukan secara ekstra hati-hati. Apalagi jika jawabannya direkam melalui pita perekam.
6. Less standardized question wording. Pertanyaan sering kali kurang baku. Responden yang berbeda bisa ditanyakan dengan kalimat yang berbeda bahkan isinya berbeda pula. Fleksibilitas ternyata bisa merupakan kekuatan namun dapat pula merupakan kelemahan tenik wawancara.

Syarat utama wawancara agar berhasil
(1) Tersedianya informasi yang diperlukan dalam diri responden Peneliti harus mempunyai informasi lengkap tentang diri responden. Artinya apakah responden yang akan diwawancarainya mempunyai informasi yang ingin diperoleh peneliti. Ada istilah yang populer yaitu bahwa responden yang akan diwawancarai harus yang “rich information”
(2) Responden harus benar-benar mengerti apa yang harus dilakukannya. Untuk itu maka peneliti harus dapat menjelaskan bagaimana seharusnya responden menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya. Peneliti boleh saja memberikan pelatihan singkat kepada responden.
(3) Motivasi responden untuk mau bekerjasama harus tinggi.
Motivasi responden merupakan tanggung jawab peneliti. Bagaimana cara mendorong responden mau menjawab dengan baik dan lengkap banyak ditentukan oleh pendekatan serta insentif yang diberikan oleh peneliti.

Teknik Wawancara
Lebih mudah membicarakan teknik wawancara dibanding dengan melaksanakannya. Kondisi lapangan yang sangat bervariasi, menyebabkan apa-apa yang seharusnya dilakukan oleh pewawancara menjadi kurang atau bahkan tidak terjadi. Pewawancara tidak sekedar harus mengerti apa yang seharusnya dilakukan, tetapi juga harus kreatif menangani persoalan yang muncul di lapangan. Tidak jarang responden memberikan respons yang tidak sesuai dengan harapan pewawancara. Tugas pewawancara tidak hanya bertanya, tetapi juga mendengarkan dengan seksama, merekam apa yang didengarnya, dan melakukan pertanyaan ulang dan mendalam jika diperlukan. Agar tugas-tugas tersebut dapat dilakukannya dengan baik, maka pewawancara harus melatih diri dan mempersiapkan proses wawancara sebaik mungkin. Di bawah ini disajikan tahapan-tahapan yang secara umum dilakukan oleh sebagian besar pewawancara pada saat mereka berupaya mencari informasi dari responden penelitiannya.

Pelatihan
Setiap interaksi yang berlangsung dalam situasi sosial yang berbeda mempunyai dampak psikologis yang berbeda pula. Artinya walau pewawancara sudah mempunyai pengalaman dalam mewawancarai responden, namun penyelenggaraan pelatihan buat pewawancara masih diperlukan. Sasaran yang ingin dicapai oleh pelatihan wawancara adalah memberikan bekal kepada pewawancara berbagai pengetahuan dan ketrampilan dalam melaksanakan wawancara yang sesuai dengan karakteristik penelitian. Soal waktu, tempat, dan hal-hal yang bersifat teknis proses pelatihan, sangat relatif. Yang bersifat prinsip adalah isi pelatihan itu sendiri. Beberapa butir isi pelatihan yang umumnya disarankan adalah :

1. Penjelasan tentang tujuan dan kegunaan penelitian
2. Penjelasan tentang karakteristik (umum) responden yang akan diwawancarai. Usia, jenis kelamin, pendidikan, budaya, kondisi ekonomi, status sosial, dan lain sebagainya
3. Penjelasan peran apa yang harus dibawakan oleh pewawancara
4. Penjelasan tentang konsep penelitian
5. Penjelasan tentang butir-butir pertanyaan yang akan diajukan (maksud pertanyaan tersebut apa?)
6. Penjelasan tentang cara pencatatan, perekaman jawaban responden
7. Penjelasan tentang cara “probing”
8. Penjelasan tentang cara pengisian dan arti semua tanda yang ada dalam daftar pertanyaan
9. Prosedur wawancara, mulai dari memperkenalkan diri sampai dengan menutup wawancara.
10. Antisipasi menghadapi masalah yang tidak diinginkan
11. Latihan praktek wawancara di dalam kelas dan di lapangan (cari yang telah dikenal responden)
12. Diskusi tentang hasil latihan praktek wawancara.
Di samping isi pelatihan, kualifikasi pewawancara juga harus diperhatikan. Pada saat seleksi calon pewawancara hendaknya dipilih mereka yang memiliki “good communication skills dan tingkat toleransi akan perubahan waktu, dan juga penuh kesabaran.

Meningkatkan penerimaan responden
Sasaran awal yang harus bisa dicapai oleh pewawancara adalah terbangunnya hubungan yang akrab dengan responden. Menurut Cooper dan Emory (1995) ada tiga hal yang bisa meningkatkan penerimaan responden dalam wawancara
1. Upayakan agar responden percaya bahwa pengalaman yang segera akan terjadi, menyenangkan dan memuaskan dirinya. Umumnya responden mau dengan terbuka menyatakan pendapatnya dan juga bekerjasama jika pewawancara menunjukan perilaku yang bisa dipercaya. Misalnya,jika proses wawancara akan direkam melalui “tape recorder” sebaiknya minta persetujuan responden. Atau jika responden minta identitasnya tidak disebutkan dalam laporan, pewawancara harus bisa memberikan jaminan.
2. Upayakan responden merasa bahwa wawancara yang berlangsung dengan dirinya memang sangat berguna. Untuk itu pewawancara harus bisa menjelaskan dengan baik maksud dan kegunaan penelitian itu, tidak hanya bagi diri peneliti, tetapi juga bagi pihak-pihak lain termasuk mungkin si responden tersebut.
3. Upayakan agar responden memiliki rasa aman dan nyaman. Responden seringkali curiga terhadap pewawancara. Sehingga dalam menjawab pertanyaan, mereka ekstra hati-hati. Pewawancara harus bisa memberi jaminan bahwa jawaban responden tidak membuat dirinya menjadi terancam, atau hal lain yang sejenis.

Mengajukan pertanyaan
Ajukan pertanyaan sesuai dengan pedoman wawancara (interview schedules), jika ingin memperoleh jawaban yang lebih mendalam, lakukan “probing”. Walau sudah ada pedoman wawancara, jika terpaksa pewawancara dapat menambah pertanyaan lain yang dianggap penting. Jika ada pertanyaan yang seharusnya ditanyakan, tetapi sudah terjawab (dalam jawaban atas pertanyaan lain atau berdasarkan pengamatan), maka lewatkan saja. Upayakan suasana wawancara tidak seperti interogasi. Komunikasi dua arah sebaiknya diciptakan. Kadang jawaban responden tidak sesuai dengan apa yang ditanyakan. Sebelum “ke mana-mana”, seharusnya pewawancara memperjelas pertanyaan tadi dengan kata-kata/bahasa/susunan kalimat yang lain yang diperkirakan lebih bisa dipahami. Jika responden tidak mau menjawab satu pertanyaan tertentu, sebaiknya tidak dipaksa. Alihkan dahulu ke pertanyaan lain dan pada akhir wawancara boleh dicoba dengan cara lain mengajukan pertanyaan yang belum dijawabnya.

Merekam jawaban responden
Perlu diingat benar oleh pewawancara bahwa wawancara dengan seorang responden hanya dilakukan satu kali. Artinya pewawancara harus benar-benar bisa merekam jawaban responden dengan baik (benar dan lengkap). Paling ideal, seorang pewawancara dibantu oleh orang lain yang tugasnya adalah merekam jawaban responden. Jika tidak mungkin upayakan jawaban responden direkam melalui alat perekam elektronik (tape recorder). Apabila kedua hal tersebut tidak mungkin dilakukan maka pewawancara harus mampu merekam sendiri jawaban responden.
Umumnya, biarkan responden menjawab pertanyaan, dan pewawancara segera mencatat semua yang dikatakannya. Apabila ada kata atau kalimat yang kurang jelas maka pewawancara dapat meminta responden menjelaskan ulang kata atau kalimat tadi. Agar jawaban yang direkam relatif lengkap upayakan pewawancara memiliki singkatan-singkatan, atau tanda-tanda baca lainnya yang tertentu yang dimengertinya. Untuk meyakinkan apakah yang dicatat benar atau sesuai dengan apa yang dimaksud oleh responden, tidak ada salahnya intisari jawaban responden dikatakan ulang oleh pewawancara.

Mengakhiri wawancara
Walau pewawancara sadar bahwa wawancara hanya dilakukan satu kali, namun untuk menjaga kemungkinan negatif, sebaiknya diakhir wawancara, pewawancara harus memberi kesan bahwa dia masih ingin melakukan pembicaraan lagi. Dengan demikian, agar pewawancara dapat diterima kembali maka akhir dari suatu wawancara haruslah baik pula.

Wawancara melalui telepon
Jika jumlah pertanyaan tidak banyak dan hanya memerlukan jawaban pendek, wawancara melalui telepon dapat dilakukan. Data yang diambil dengan cara ini memang lebih cepat diperoleh. Dalam satu hari, jika pewawancara sudah memperoleh seluruh nomor telepon responden maka paling tidak 50 responden dapat dihubungi. Kelemahan utama cara ini adalah keengganan responden untuk menjawab karena dia belum mengenal / melihat diri pewawancara, karena berdasarkan satu penelitian ternyata “response rate”nya lebih rendah ketimbang “face-to-face interview” (Cooper, 1995)

Rabu, 21 Oktober 2009

JOB DESIGN

Apa itu "JOB DESIGN"?

Desain pekerjaan mengacu pada cara yang satu set tugas, atau seluruh pekerjaan, diorganisir. Desain pekerjaan membantu menentukan:

* Apa tugas selesai,
* Bagaimana tugas-tugas selesai,
* Berapa banyak tugas-tugas yang dilakukan, dan
* Dalam urutan bagaimana tugas-tugas selesai.

Ini memperhitungkan semua faktor yang mempengaruhi kerja, dan mengatur isi dan tugas-tugas sehingga seluruh pekerjaan kurang cenderung menjadi resiko kepada karyawan. Desain pekerjaan meliputi wilayah administratif seperti:

* Rotasi pekerjaan,
* Pekerjaan pembesaran,
* Tugas / mesin mondar-mandir,
* Kerja istirahat, dan
* Jam kerja.

Pekerjaan yang dirancang dengan baik akan mendorong berbagai 'baik' posisi tubuh, memiliki kekuatan akal persyaratan, memerlukan jumlah yang masuk akal aktivitas mental, dan membantu mendorong rasa pencapaian dan harga diri.

Bagaimana desain pekerjaan yang dapat membantu kerja organisasi?

Prinsip-prinsip desain pekerjaan dapat mengatasi masalah seperti:

* Kerja yang berlebihan,
* Kerja underload,
* Repetitiveness,
* Terbatas kontrol atas pekerjaan,
* Isolasi,
* Shiftwork,
* Penundaan dalam mengisi posisi yang kosong,
* Berlebihan jam kerja, dan
* Terbatasnya pemahaman seluruh proses pekerjaan.

Desain pekerjaan kadang-kadang dianggap sebagai cara untuk membantu mengatasi stres di tempat kerja. Lihat dokumen Jawaban OSH "Stres Tempat Kerja - Umum" untuk informasi lebih lanjut.

Apakah ada perbedaan antara desain pekerjaan dan tempat kerja desain?

Pekerjaan desain dan desain tempat kerja sering digunakan bergantian karena keduanya memberikan kontribusi untuk menjaga persyaratan fisik pekerjaan yang masuk akal.

Desain pekerjaan mengacu pada perubahan administratif yang dapat membantu meningkatkan kondisi kerja.

Sebagai perbandingan, berkonsentrasi pada desain tempat kerja berhubungan dengan workstation, peralatan, dan posisi tubuh bahwa semua mempengaruhi cara seseorang melakukan kerjanya. Desain tempat kerja yang baik mengurangi posisi statis dan berulang-ulang gerakan dan posisi tubuh canggung. Informasi lebih lanjut tentang desain kerja tersedia dalam Ergonomics - Human Factors bagian OSH Answers.

Apa fitur "baik" pekerjaan desain?

Baik desain menampung karyawan karakteristik fisik dan mental dengan memperhatikan:

* Otot energi seperti bekerja / istirahat atau langkah jadwal kerja, dan
* Energi mental seperti versus membosankan tugas yang sangat sulit.

Good job desain:

* Memungkinkan untuk masukan dari karyawan. Karyawan harus memiliki pilihan untuk kegiatan bervariasi sesuai dengan kebutuhan pribadi, kebiasaan kerja, dan keadaan di tempat kerja.
* Karyawan memberikan rasa keberhasilan.
* Termasuk pelatihan sehingga karyawan tahu apa tugas yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya dengan benar.
* Menyediakan pekerjaan baik / istirahat jadwal.
* Memungkinkan untuk periode penyesuaian untuk menuntut pekerjaan fisik.
* Memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang kinerja mereka.
* Meminimalkan pengeluaran energi dan persyaratan kekuatan.
* Keseimbangan statis dan dinamis bekerja.

Pekerjaan desain adalah proses yang berkelanjutan. Tujuannya adalah untuk melakukan penyesuaian kondisi atau tugas sebagai perubahan di dalam tempat kerja.

Apa pendekatan umum untuk pekerjaan desain?

Mencapai desain pekerjaan yang baik melibatkan praktek-praktek administratif yang menentukan apa karyawan tersebut, untuk berapa lama, di mana, dan kapan serta memberikan pilihan karyawan di mana pun memungkinkan. Dalam desain pekerjaan, Anda dapat memilih untuk memeriksa berbagai tugas individu desain pekerjaan atau sekelompok pekerjaan.

Pendekatan desain pekerjaan meliputi:

Job Pembesaran: Job perubahan pembesaran pekerjaan untuk memasukkan lebih banyak dan / atau tugas yang berbeda. Job pembesaran harus menambahkan minat untuk pekerjaan tetapi mungkin atau mungkin tidak memberikan lebih banyak tanggung jawab karyawan.

Job Rotation: Job rotasi karyawan bergerak dari satu tugas yang lain. Ini mendistribusikan tugas-tugas kelompok di antara sejumlah karyawan.

Job Enrichment: Job pengayaan memungkinkan karyawan untuk mengambil lebih banyak tanggung jawab, akuntabilitas, dan kemandirian ketika mempelajari tugas-tugas baru atau untuk memungkinkan partisipasi yang lebih besar dan kesempatan baru.

Work Design (Ayub Engineering): Kerja desain memungkinkan karyawan untuk melihat bagaimana metode kerja, tata letak dan menghubungkan bersama prosedur penanganan serta interaksi antara manusia dan mesin.

Apa tujuan keseluruhan kerja desain?

Tujuan dapat di banyak perbedaan daerah dan mencakup:

Tugas Ragam

Untuk mengurangi kebosanan, menghindari posisi tubuh statis yang berlebihan dan gerakan berulang-ulang. Desain pekerjaan untuk berbagai tugas yang memerlukan perubahan posisi tubuh, otot-otot yang digunakan, dan aktivitas mental.

Dua metode pembesaran dan pekerjaan pekerjaan rotasi. Sebagai contoh, jika seorang karyawan berkumpul biasanya bagian, pekerjaan dapat diperbesar sampai meliputi tugas-tugas baru seperti perencanaan kerja, inspeksi / kontrol kualitas, atau pemeliharaan. Atau, tugas-tugas mungkin termasuk bekerja di departemen yang sama, tetapi mengubah tugas setiap jam. Sebagai contoh, dalam sebuah fasilitas binatu karyawan dapat memutar antara berbagai stasiun (menyortir, mesin cuci, pengering, besi, dll) selama karena menyediakan untuk perubahan dalam pengeluaran fisik atau mental.

Kerja Breaks / Istirahat Breaks

Istirahat membantu meringankan masalah-masalah yang tidak dapat dihindarkan pengulangan gerakan atau posisi tubuh statis. Lebih sering tapi lebih pendek istirahat (kadang-kadang disebut "mikro istirahat") kadang-kadang lebih baik daripada lebih sedikit istirahat panjang.

Selama istirahat, mendorong karyawan untuk mengubah posisi tubuh dan berolahraga. Penting bahwa karyawan peregangan dan menggunakan kelompok otot yang berbeda. Jika karyawan telah sangat aktif, istirahat istirahat harus meliputi kegiatan atau peregangan stasioner.

Penyisihan untuk Periode Penyesuaian

Ketika pekerjaan menuntut upaya fisik, memiliki masa penyesuaian bagi karyawan baru dan untuk semua karyawan setelah liburan, PHK, atau penyakit. Luangkan waktu untuk menjadi terbiasa dengan tuntutan pekerjaan fisik secara bertahap, "mendapatkan dalam bentuk." Karyawan yang bekerja di ekstrim kondisi panas atau dingin juga perlu waktu untuk acclimatize.

Menyediakan Pelatihan

Pelatihan dalam prosedur kerja yang benar dan peralatan operasi yang diperlukan agar karyawan mengerti apa yang diharapkan dari mereka dan cara bekerja dengan aman. Pelatihan harus terorganisir, konsisten dan berkelanjutan. Mungkin terjadi dalam kelas atau di tempat kerja.

Kegiatan Mental Vary

Tugas harus dikoordinasikan sehingga mereka seimbang di siang hari bagi individu karyawan serta seimbang di antara sekelompok karyawan. Anda mungkin ingin membiarkan karyawan beberapa tingkat pilihan seperti apa jenis tugas mental yang ingin mereka lakukan dan kapan. Pilihan ini akan memungkinkan karyawan untuk melakukan tugas-tugas ketika paling cocok untuk mereka 'kewaspadaan' pola pada siang hari. Beberapa orang mungkin lebih suka tugas-tugas rutin di pagi hari (seperti daftar periksa atau mengisi formulir) dan menyimpan tugas-tugas seperti penyelesaian masalah sampai sore, atau sebaliknya.

Dapatkah saya menggunakan desain pekerjaan untuk tim?

Ya. Karena sebagian besar tugas-tugas tidak dilakukan dalam isolasi, desain pekerjaan yang sangat sering digunakan untuk sekelompok karyawan. Dalam beberapa kasus, tim dapat dibuat yang secara keseluruhan bertanggung jawab untuk tugas yang lebih besar atau mengatur tugas. Terserah kepada tim untuk memutuskan bagaimana pekerjaan akan diselesaikan, yang individu akan melakukan apa tugas, dan kapan. Dalam kebanyakan kasus, anggota tim akan memiliki banyak keterampilan yang memungkinkan mereka untuk berubah pekerjaan dari waktu ke waktu. Seperti halnya dengan desain pekerjaan individu, kesempatan tambahan seperti inspeksi / kontrol kualitas, pemeliharaan, dan tugas-tugas yang terkait seperti pasokan memesan sering ditugaskan ke tim di samping tugas-tugas rutin mereka.

Langkah-langkah apa yang harus saya ambil ketika melakukan pekerjaan proyek desain?

Meskipun ada banyak cara untuk melakukan pekerjaan desain, tahap berikut adalah penting:

Melakukan penilaian praktik kerja saat ini.

Apakah desain pekerjaan dibutuhkan atau layak? Diskusikan proses dengan karyawan dan pengawas yang terlibat dan menjadi jelas tentang proses, atau setiap perubahan atau pelatihan yang akan terlibat.

Melakukan analisis tugas.

Memeriksa pekerjaan dan menentukan dengan pasti apa tugas-tugas. Pertimbangkan apa fitur peralatan dan workstation penting untuk menyelesaikan tugas. Mengidentifikasi masalah.

Desain pekerjaan.

Mengidentifikasi metode-metode untuk melakukan kerja, kerja / istirahat jadwal, persyaratan pelatihan, peralatan dan tempat kerja dibutuhkan perubahan. Mengkoordinasikan tugas yang berbeda sehingga masing-masing bervariasi aktivitas mental dan posisi tubuh. Berhati-hatilah untuk tidak di bawah atau kelebihan beban pekerjaan.

Menerapkan desain pekerjaan baru secara bertahap.

Anda mungkin ingin memulai dalam skala kecil atau dengan proyek percontohan. Melatih karyawan dalam prosedur baru dan penggunaan peralatan. Memungkinkan untuk periode penyesuaian dan waktu untuk memperoleh pengalaman dengan desain pekerjaan baru.

Re-desain pekerjaan mengevaluasi secara terus menerus.

Membuat penyesuaian yang diperlukan.

Anda mungkin juga ingin membentuk sebuah komite untuk mewakili berbagai kelompok yang terlibat. Job design harus melibatkan karyawan, serikat pekerja, kesehatan dan keselamatan panitia dan manajer selama seluruh proses. Partisipasi semua pihak meningkatkan komunikasi dan pengertian.

Menjadi jelas bahwa tujuan dari desain pekerjaan ini adalah untuk memperkuat operasi dan tenaga kerja, bukan untuk menghilangkan set pekerjaan atau keterampilan.

Sabtu, 10 Oktober 2009

Usaha Elektronik disekitar bogor

Setiap jam kuliah selesai, saya berjalan pulang dengan berkendara sepeda motor, setiap saya pulang kuliah saya selalu mengamati usaha elektronik disekitar perjalanan pulang. Setelah saya mengamati usaha elektronik disekitar bogor, saya meyempatkan diri untuk mampir kesalah satu toko elektronik yang saya amati, yaitu toko kiki elektronik, toko ini adalah salah satu toko yang saya amati setiap saya pulang dari tempat kuliah. Setelah saya meyempatkan diri untuk singgah dari salah satu toko ini saya mulai bertanya-tanya tentang pa saja yang berhubungan dengan toko elektronik ini. saya mulai bertanya berapa karyawan yang bekerja dotoko ini dan pemilik toko pun menjawab toko ini mempunyai 3 karyawan dan salah satu dari karyawan ini adalah sodara saya karna sodara saya itu sebagai orang kepercayaan. saya juga bertanya toko ini menjual barang apa saja dan saya pun mendapat penjelasan, toko ini mulai menjual dari sperpat untuk tv, dvd, vcd, dan lain-lain, dan salah satu keistimewaan toko ini juga salain ramah-ramah pelayannya dan enak untuk diajak ngbrol, saya pun bertanya hari apa saja toko ini libur dan pemilik toko menjawab setiap hari minggu dan hari2 besar. saya memperhatikan toko kiki elektronik ini sudah banyak sekali orang yang berlangganan terlihat saat pelanggan membeli barang karena sangat akrab sekali dengan karyawan yang berkerja di toko kiki elektronik. saya juga bertanya sudah berapa lama toko ini berdiri dengan lantang pemilik toko menjawab kira2 sudah 10 tahum toko ini berdiri, dengan toko ini saya sudah menyekolahkan kedua anak saya sampai perguruan tinggi, mungkin dulu persaiangan tidak seketat sekarang karena toko elektronik buka hanya satu tapi banyak sekali, jadi untuk mengambil pelanggan dengan cara menjual barang lebih murah, melayani dengan ramah kata pemilik toko elektronik.

Sabtu, 03 Oktober 2009

Pingin punya uang banyak..

gimana ya punya uang banyak dijaman sekarang, kerjaan susah dicari, modal buat mendirikan usaha pun tidak mempunyai modal, bagaimana ya?