AD : Permintaan Agregat
AS : Penawaran Agregat
AE : Pengeluaran Agregat
ATC : Biaya total rata-rata
AVC : Biaya variable rata-rata
C : konsumsi
CPI : harga indeks konsumen
D : permintaan
E : Ekuilibrium
Fed : Federal Reserve Board
G : Pengeluaran Pemerintah
GDP : Produk Domestik Bruto
GDP : Produk Nasional Bruto
I : Pengeluaran Investasi
i : Tingkat Bunga
LR : Jangka Panjang
LRAS : Penawaran Agregat Jangka Panjang
M : Impor
M1,M2,M3, dst. : Penawaran Uang
MC : Biaya Marginal
MEC : Efisiensi Modal Marginal
MP : Produk Marginal
MR : Pendapatan Marginal
MRP : Produk Pendapatan Marginal
OPEC : Organization of Petroleum Exporting Countries
p : Harga
P : Tingkat harga
q : Kuantitas
r : Tingkat bunga
S : Penawaran
SR : Jangka pendek
SRAS : Penawaran agregat jangka pendek
T : Pajak penghasilan
TC : Biaya total
TR : Pendapatan total
X : Ekspor
X-M : Ekspor bersih
Y : Pendapatan nasional
Y* : Pendapatan potensial penuh (tenaga kerja penuh)
Yd : Pendapatan bersih
(sigma) : Jumlah
π (pi) : Laba
η (eta) : Elastisitas
∆ (delta) Perubahan
Harga Absolut : banyaknya uang yang harus dibelanjakan untuk memperoleh 1 unit komoditi.
Keunggulan Absolut : keunggulan yang dimiliki suatu Negara terhadap Negara lain dalam memproduksi suatu komoditi.
Harga Mati : harga yang secara sengaja ditentukan oleh penjual, dan bukan oleh kekuatan pasar.
Agents : pengambil keputusan, termaksud rumah tangga, perusahaan dan badan pemerintah.
Permintaan Agregat : total pembelian yang diinginkan oleh semua pembeli terhadapa output perekonomian.
Gejolak Permintaan Agregat : suatu pergeseran dalam kurva permintaan agregat.
Pengeluaran Agregat : pengeluaran total terhadap output akhir perekonomian,
AE = C + I + G + ( X – M )
Kurva Permintaan Agregat, Kurva AD : menghubungkan jumlah total output yang akan diminta dengan tingkat harga output itu.
Kurva penawaran agregat, kurva AS : menghubungkan jumlah total output yang akan diproduksi dengan tingkat harga output itu.
Gejolak penawaran agregat : suatu pergeseran dalam kurva penawaran agregat
Gejolak permintaan agregat : suatu pergeseran dalam kurva permintaan agregat
Anuitas : sejumlah uang tertentu yang dibayarkan menurut interval tertentu, selama periode yang di tentukan.
Hukum antitrust : hokum yang dirancang untuk melarang perolehan dan penerapan monopoli oleh perusahaan bisnis
Apresiasi : kenaikan nilai mata uang domestic di pasar bebas, dinyatakan dalam mata uang asing
Elastisitas busur : ukuran tentang drajat respon rata-rata kuantitas terhadap harga pada suatu interval kurva permintaan
AFC : biaya tetap rata-rata
AP : produk rata-rata
AC : biaya rata-rata
AR : pendapatan rata-rata
Alokasi sumber daya : pendistribusian faktor-faktor produksi yang tersedia untuk berbagai jenis pengunaan yang mungkin.
Anggaran berimbang : situasi yang terjadi apablia pendapatan yang sekarang persis sama dengan pengeluaran yang sekarang
Pengganda anggaran berimbang : perubahan pendapatan dibagi dengan perubahan pembiayaan pengeluaran pemerintah yang dibiayai pajak.
Kebijakn pertumbuhan berimbang : kebijakan yang dirangsang untuk menghasilkan pertumbuhan yang simultan di semua sektor ekonomi.
Perkiraan neraca pembayaran : ringkasan catatan transaksi suatu Negara yang menyangkut pembayaran, atau penerimaan dengan valuta asing.
Defisit neraca pembayaran : situasi dimana penerimaan pada transaksi berjalan dan neraca modal lebih kecil daripada pembayaran
Surplus neraca pembayaran : situasi dimana penerimaan pada transaksi berjalan dan neraca modal melebihi pembayaran
Neraca perdagangan : selisih antara nilai eksport dengan nilai impor barang-barang
Neraca : laporan keuangan yang menunjukan kekayaan perusahaan dan kewajiban terhadap kekayaan itu pada saat tertentu
Surat utang bank : kertas berharga yang diterbitkan bank-bank komersial
Barter : system dimana barang dan jasa diperjualbelikan langsung dengan barang dan jasa lainnya
Black market : situasi yang terjadi bila barang dijual secara tidak resmi
Obligasi : bukti utang dalam jumlah dan jadwal pembayaran bunga tertentu
Boikot : penolakan secara bersama-sama untuk membeli dan menjual suatu komoditi tertentu
Harga impas : harga dimana perusahaan benar-benar mampu menutup semua biayanya
Tingkat impas pendapatan : situasi ketika total pengeluaran konsumsi sama denga total pendapatan disposebel
Sisa anggaran : silisih antara total pendapatan dengan total pengeluaran pemerintah
Defisit anggaran : pendapat berada di bawah pengeluaran
Surplus anggaran : pendapatan berada di atas pengeluaran
Siklus ekonomi : pola jangka panjang fluktuasi tingkat kegiatan ekonomi yang teratur
Kapasitas : tingkat output yang berkaitan dengan total biaya rata-rata jangka pendek yang minimum
Modal : factor produksi yang terdiri dari semua perlengkapan pabrik untuk proses produksi selanjutnya
Neraca modal : bagian dari perkiraan neraca pembayaran yang mencatat pembayaran / penerimaan yang timbul dari impor dan ekspor modal keuangan jangka panjang dan jangka pendek
Peningkatan modal : penambahan modal pada proses produksi sehingga meningkatkan ratio modal terhadap tenga kerja
Kapitalis : seseorang yang memiliki barang-barang modal
Sistem ekonomi kapitalis : system ekonomi dimana kepemilikan modal terutama dikuasai oleh swasta dan bukan oleh pemerintah
Nilai kapitalisasi : nilai harta yang diukur berdasarkan nilai sekarang atas arus pendapatan yang diharapkan akan diperoleh
Rasio modal tenga kerja : suatu ukuran besarnya modal per-pekerja dalam suatu perekonomian
Rasio modal output : rasio antara modal terhadap nilai output tahunan yang diproduksi oleh modal itu
Persediaan modal : kuantitas agregat dari barang modal suatu Negara
Perluasan modal : penambahan modal pada proses produksi supaya proporsi faktor-faktor produksinya tidak berubah
Kartel : organisasi para produsen yang sepakat untuk menjadi satu penjual tunggal
Bank sentral : bank yang bertindak sebagai banker bagi system perbankan komersial dan seringkali juga bagi pemerintah
Sertifikat deposito : deposito berjangka yang dapat di negosiasikan dan mempunyai suku bunga yang lebih tinggi dari pada deposito berjangka biasa
Ceteris paribus : biasanya digunakan dalam dunia ekonomi untuk menunjukan bahwa semua variable kecuali satu variable yang disebutkan, diasumsikan tidak berubah
Perubahan permintaan : kenaikan atau penurunan kualitas yang diminta pada tiap harga yang mungkin dari suatu komoditi
Perubahan dalam jumlah yang diminta : kenaikan atau penurunan dalam jumlah tertentu yang dibeli pada harga tertentu
Perubahan dalam jumlah yang ditawarkan : kenaikan atau penurunan barang dalam jumlah tertentu yang ditawarkan pada harga tertentu
Perubahan dalam penawaran : keniakan atau penurunan kuantitas yang ditawarkan pada tiap harga yang mungkin dari suatu komoditi
Angkatan kerja sipil : jumlah total orang yang bekerja, termaksud mereka yang bekerja sebagai militer, ditambah dengan jumlah yang menganggur
Pasar imbang : situasi pasar dimana para pembeli mampu membeli semua yang mereka inginkan dan penjual telah mampu menjual semua yang mereka inginkan pada harga yang berlaku
Rumah kliring : lembaga dimana utang-utang antar bank yang timbul dari transfer cek-cek antara bank-bank dihitung
Ekonomi tertutup : ekonomi yang tidak memiliki perdagangan luar negri
Perkumpulan tertutup : serikat pekerja yang memiliki hak tawar menawar secara ekslusif bagi semua anggotanya, dan hanya anggota serikat kerja saja yang dapat dipekerjakan
Tawar-menawar kolektif : proses yang terjadi antara serikat pekerja dan pengusaha sampai pada suatu persetujuan dan melaksanakan persetujuan itu
Kolusi : suatu kesapakatan antara para penjual untuk bertindak seperti penjual tunggal
Ekonomi komando : system ekonomi dimana putusan pemerintah mempunyai pengaruh kuat terhadap alokasi sumber daya
Bank komersial : lembaga yang dimiliki swasta, berorientasi mencari laba, melakukan pemindahan dana jika di instruksikan dengan cek memberikan pinjaman dan melakukan investasi lainnya
Kebijakn perdagangan : berbagai pembatasan atas arus bebas barang dan jasa antar Negara
Komoditi : sesuatu yang dapat dipasarkan yang diproduksi untuk memenuhi kebutuhan
Pasar bersama : serikat pabean dengan ketetapan tambahan bahwa factor produksi dapat bergerak bebas diantara para anggota
Sumber kekayaan bersama : sumber daya alam yang tidak dimiliki oleh siapa pun dan dapat digunakan oleh siapa saja
Saham biasa : bentuk penyertaan modal yang mengandung hak suara, kekayaan bersih dan laba perusahaan
Keunggulan komparatif : kemampuan suatu negara untuk memproduksi komoditi tertentu dengan biaya oportunitas produk-produk lain yang lebih rendah dari pada Negara lain
Statistika komparatif : turunan dari prediksi dengan menganalisis pengaruh suatu perubahan pada beberapa varaiabel eksogen terhadap posisi keseimbangannya
Devaluasi Bersaing : serangkaian evaluasi terhadap nilai tukar oleh sejumlah Negara
Komplemen : dua komoditi yang digunakan secara bersama sama satu sama lain
Rasio konsentrasi : sebagian dari total penjualan pasar yang dikendalikan oleh sebagian perusahaan industri besar
Industri biaya konstan : suatu industry dimana biaya-biaya dari perusahaan yang paling efisien akan tetap konstan meski sedang mengalami kontraksi dalam jangka panjang
Konsumerisme : suatu gerakan yang menonjolkan konflik antara kepentingan perusahaan dengan kepentingan umum
Indeks harga konsumen (IHK) : suatu ukuran harga rat-rata berbagai komoditi yang biasanya dibeli rumah tangga
Surplus konsumsi : selisih antara nilai total yang ditempatkan konsumen pada semua unit komoditi tertentu yang dikonsumsi
Konsumsi : tindakan menggunakan komoditi baik barang maupun jasa
Fungsi konsumsi : hubungan antara jumlah pengeluaran konsumsi yang diinginkan dengan semua faktor yang menentukannya
Pasar yang mampu bersaing : pasar mampu bersaing sepenuhnya jika tidak ada biaya tertanam untuk masuk atau keluar
Perseroan terbatas : bentuk organisasi bisnis dimana perusahaan merupakan badan hukum tersendiri yang terpisah dari para pemilik dan kepemilikannya
Biaya : bagi perusahaan yang memproduksi, nilai input yang digunakn untuk menghasilkan output
Analisis keefektifan biaya : analisis biaya program dengan tujuan menemukan cara berbiaya termurah untuk mencapai hasil tertentu
Minimasi biaya : implikasi dari maksimasi laba bahwa perusahaan akan memilih metode untuk menghasilkan output tertentu dengan biaya terendah
Serikat ahli : serikat yang diorganisasikan untuk mengabungkan para pekerja yang punya keterampilan dan pekerjaan tertentu
Penjahatan kredit : penjahatan dana yang tersedian diantara para peminjam dalam situasi kelebihan permintaan pinjaman pada suku bunga yang berlaku
Data antar bagian : beberapa pengukuran dan pengamatan yang berbeda, yang dibuat pada waktu yang bersamaan
Pengaruh pendesakan : penurunan pengeluaran perorangan yang disebabkan oleh kenaikan suku bunga yang mengikuti kebijakan fiscal
Transaksi berjalan : bagian dari perkiraan neraca pembayaran yang mencatat pembayaran dan penerimaan yang ditimbulkan dari perdagangan barang dan jasa
GDP nilai sekarang : yang dinilai berdasrkan harga-harga yang berlaku pada saat pengukuran
Serikat pabean : sekelompok Negara yang bersepakat untuk mengadakan perdagangan bebas di antara mereka sendiri
Pengangguran bersifat siklus : karena kelebihan pengangguran friksional dan struktural
Hutang : jumlah yang dipinjam oleh seorang kreditor , termaksud bank dan lembaga keuangan lainnya
Tenggang keputusan : periode waktu antara timbulnya masalah dengan tercapainya keputusan mengenai apa yang harus dilakukan
Deflasi : pengurangan tingkat harga umum
Permintaan : hubungan menyeluruh antara kuantitas komoditi tertentu yang akan dibeli konsumen selama periode waktu tertentu
Kurva permintaan : grafik yang menggambarkan hubungan antara kuantitas komoditi tertentu yang akan dibeli selama periode waktu tertentu dengan harga komoditi tersebut
Rekening giro : simpanan dibank yang dapat ditarik sesuai permintaan dan dapat dipindah bukukan denga cek
Permintaan terhadap uang : jumlah total uang beredar yang ingin dipegang masyarakat untuk berbagai keperluan
Inflasi permintaan : kenaikan inflasi yang disebabkan karena adanya kelebihan permintaan agregat
Schedule permintaan : table yang menunjukan hubungan antara kuantitas komoditi yang akan dibeli konsumen selama periode tertentu
Uang giral : uang milik masyarakat yang disimpan dalam bentuk giro pada bank-bank komersial
155 Depresiasi : turunnya nilai mata uang domestic di pasar bebas, terhadap nilai mata uang asing
Depresi : periode dimana kegiatan ekonomi sangat rendah dengan tingkat pengangguran tinggi
Permintaan turunan : permintaan terhadap factor produksi tertentu
Negara maju : Negara-negara berpendapatan tinggi didunia
Negara berkembang : Negara-negara yang berpendapatan rendah dibawah Negara maju
Produk unik : produk yang cukup berbeda terhadap yang lainnya dalam satu industry
Beban langsung : jumlah uang untuk pajak yang dikumpulkan dari para pembayar pajak
Investasi langsung : dimana penanam modalnya memiliki control langsung melalui hak suaranya
Tingkat diskonto : tingkat bunga yang digunakan untuk mendiskonto arus pembayaran di masa yang akan datang untuk memperoleh nilai sekarang
Tenaga kerja pesimis : orang yang ingin bekerja, tetapi berhenti mencari pekerjaan karena tidak ada lowongan pekerjaan
Kebijakan fiscal bebas : kebijakan yang dikeluarkan untuk mengatasi setiap keadaan ekonomi yang khusus apabila terjadi
Disekuilibrium : apabila terdapat kelebihan permintaan ataupun kelebihan penawaran
Laba yang dibagikan : laba yang dibayarkan pada pemilik perusahaan
Dividen : bagian dari laba yang dibayarkan kepada para pemegang saham perusahaan
Duopoli : industry yang terdiri dari 2 perusahaan
Efisiensi ekonomis : metode memproduksi setiap output dengan biaya paling murah
Pertumbuhan ekonomi : kenaikan riel, atau harga kkonstan, GNP potensial
Skala ekonomis : penurunan biaya per unit output yang dihasilkan dari ekspansi output
Ekonomi : serangkaian kegian produksi dan konsumsi yang saling berkaiatan
Permintaan elastis : situasi dimana presentase perubahan harga tertentu mengakibatkan presentase perubahan yang lebih besar dalam kuantitas yang sama
Elastisitas permintaan : ukuran besarnya respon dari kuantitas komoditi yang diminta terhadap perubahan harga pasar
Elastisitas penawaran : ukuran besarnya respon dari kuantitas komoditi yang ditawarkan terhadap perubahan harga pasar
Kondisi ekuilibrium : kondisi yang harus dipenuhi jika pasar atau sector ekonomi berada pada keadaan ekuilibrium
Modal ekuitas : dana yang disediakan oleh para pemilik perusahaan yang pengembaliannya pada laba perusahaan
Nilai tukar : harga mata uang suatu Negara yang dinyatakan dalam mata uang lain dapat dibeli atau dijual
Pajak cukai : pajak atas penjualan komoditi tertentu
Eksternalitas : berbagai pengaruh baik atau buruk, terhadap pihak-pihak yang tidak secara langsung terlibat dalam proses produksi
Pasar faktor produksi : pasar tempat penjualan jasa berbagai factor produksi
Mobilitas faktor produksi : suatu keadaan apabila factor-faktor produksi dapat dipertukarkan penggunaannya
Jasa factor produksi : digunakan untuk menghasilkan output
Factor-faktor produksi : sumber daya yang digunakan dalam memproduksi barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan
Uang fiat : uang kertas atau pun uang logam yang tidak didukung dan tidak dapat dipertukarkan menjadi yang lainnya, tetapi masih sebagai mata uang yang sah
Barang jadi : barang-barang yang tidak digunakan sebagai input oleh perusahaan lain, tetapi di produksi untuk di konsumsi
Perusahaan : suatu unit yang menggunakan factor-faktor produksi dan menghasilkan barang dan jasa untuk dijual kepada yang lain
Kebijakan fiscal : penggunaan kegiatan menaikan pendapatan dan kegiatan pengeluaran yang dilakukan pemerintah dalam usahanya mempengaruhi variable makro seperti GNP dan lapangan kerja
Biaya tetap : biaya yang tidak berubah mengikuti biaya output
Investasi tetap : investasi dalam bentuk pabrik dan peralatannya
Valuta asing : mata uang atau berbagai klaim terhadapnya
Barang bebas : komoditi dengan kualitas yang ditawarkan melampaui kuantitas yang diminta pada harga nol (0)
Pengangguran friksional : disebabkan bahwa kenyataan untuk berpindah dari pekerjaan satu ke pekerjaan lainnya memerlukan waktu
Pasar barang : pasar dimana output barang dan jasa dijual
Pembelian pemerintah : termaksud semua pengeluaran pemerintah dalam membeli barang dan jasa yang sedang diproduksi
Produk homogen : setiap unit produk yang tampak serupa dengan unit lainnya
Kuota impor : batas yang ditetapkan oleh pemerintah mengenai kuantitas komoditi asing yang masuk ke negeri itu selama periode tertentu
Efek pendapatan : pengaruh pada kuantitas yang diminta karena perubahan pendapatan riel
Kebijakan pendapatan : setiap campur tangan langsung oleh pemerintah untuk mempengaruhi pembentukan upah dan tenaga kerja
Kurva indeferen : kurva yang menggambarkan semua kombinasi dari 2 komoditi yang memberikan sejumlah keputusan yang sama
Peta indeferen : satu set kurva indeferen yang didasarkan pada sekumpulan preferensi rumah tangga tertentu
Industri : sekelompok perushaan yang memproduksi barang yang sejenis
Permintaan inelastis : situasi dimana presentase perubahan harga tertentu hanya mengakibatkan presentase yang lebih kecil dari perubahan kuantitas yang diminta
Barang inferior : barang yang mempunyai elastisitas terhadap pendapatan negative
Inflasi : kenaikan rata-rata semua tingkat harga
Infrastruktur : berbagai instalasi dan kemudahan dasar yang sangat diperlukan masyarakat dalam melakukan perdagangan
Injeksi : pendapatan yang dihasilkan perusahaan domestic yang tidak timbul dari pengeluaran rumat tangga domestic
Inovasi : pengenalan suatu penemuan kedalam metode produksi
Input : bahan baku dan berbagai jasa factor produksi yang digunakna dalam proses produksi
Bunga : pembayaran atas penggunaan uang pinjaman
Suku bunga : harga yang harus dibayar dari setia dolar yang dipinjam per tahun
Barang perantara : semua output yang digunakna sebagai input oleh produsen lain untuk tahap produksi
Internalisasi : suatu proses yang mengakibatkan produsen mempertimbangkan pengaruh eksternal sebelumnya
Temuan : penemuan sesuatu yang baru, seperti produk baru
216 Persediaan : persediaan yang dipertahankan perusahaan untuk meredakan pengaruh fluktuasi jangka pendek dalam produksi
Tenaga kerja : factor produksi yang tediri dari semua kontribusi fisik dan mental yang disediakan orang
Kurva laffer : grafik yang menghubungkan pendapatan yang dihasilkan dengan tariff pajak marginal
Hukum permintaan : bahwa harga pasar dan kuantitas yang diminta dipasar berhubungan terbalik satu sama lain
Alat pembayaran sah : benda yang menurut hokum harus diterima sebagai alat untuk membeli barang dan jasa
Harga batas : harga minimum yang dapat diterapkan oleh perusahaan baru yang memasuki pasar tanpa menderita rugi
Likuiditas : tingkat kemudahan dan kepastian suatu harta untuk dicairkan menjadi alat tukar dalam system ekonomi
Titik balik terendah : titik dasar siklus bisnis
Utilitas marginal : tambahan keputusan yang diperoleh seorang pembeli dari mengkonsumsi tambahan 1 unit barang
Pasar : tempat berlangsungnya negosiasi pertukaran komoditi
Ekonomi pasar : suatu masyarakat yang melakukan spesialisasi dalam aktivitas produksi
Kegagalan pasar : kegagalan system pasar bebas untuk mencapai efisiensi alokatif yang optimal
Sector pasar : bagian dari suatu perekonomian dimana komoditi dibeli dan dijual
Markup : jumlah yang ditambahkan pada biaya untuk menentukan harga
Uang : setiap benda yang pada umunya sebagai alat pembayaran / pertukaran
Jumlah uang beredar : total kuantitas uang dalam perekonomian pada waktu tertentu
Monopoli : situsi pasar yang output industrinya dikontrol oleh penjual tunggal
Monopsoni : situasi pasar yang didalamnya hanya terdapat pembeli tunggal
Hutang nasional : volume hutang pemerintah pusat yang sedang berjalan
Pendapatan nasional : nilai total output dan nilai pendapatan yang timbul oleh produksi output tersebut
Barang normal : barang-barang yang mempunyai elastisitas pendapatan positif
Oligopoli : struktur pasar yang industrinya didominasi oleh sejumlah kecil perusahaan yang saling bersaing
Petrodolar : uang yang dihasilkan oleh Negara-negara pengekspor minyak
Batas harga tertinggi : harga maksimum yang diijinkan
Batas harga terendah : harga minimum yang diperbolehkan
Minggu, 21 Maret 2010
Senin, 15 Maret 2010
ada cinta dikampus
Hari ini gw sengaja pergi kuliah agak in time dikit soalnya gw punya hasrat yang musti dilampiaskan (bukan Boker man!), yaitu gw pengen banget ngeliat seseorang dikelas baru gw yang membuat hati gw kepincut dibuatnya. Langsung aja gue ambil posisi yang pas biar cewek tu gak merasa diintai sama gw (sniper kaleee….!). Setelah sekian lama ditemanin lalat-lalat yang menari-nari disekitar gw (soalnya gak sempet mandi and gosok gigi) akhirnya tuh cewek nongol juga, semangat gw yang hampir down akhirnya up lagi.
Dari hari2 sebelumnya gw pandangi wajah itu, wajah yang dimiliki seseorang yang membuat gw mabuk cinta dibuatnya. Mungkin dia tidak menyadari bahwa seseorang yang cool ( hahahaha ) seperti gw ini dari tadi meratiin setiap gerak-geriknya dari jauh seperti penembak jitu yang sedang mengintai musuh. Senyumnya manis banget kayak gula, kalo aja dia jadi pacar gw, gw bakalan gampang buat teh manis upss! maksudnya bakalan nempel terus (kayak perangko) deket tu cewek. Karena asyiknya ngelamunin tu cewek, gw gak sadar sesosok makhluk aneh yang gak tau dari mana datangnya muncul dari belakang gw and langsung nyerocos,”Heh dari tadi gw udah nyariin lu kagak ketemu eh gak taunya lu disini”,kata temen gw dogoln bebey.”Eh gw kira penampakan dari dunia lain rupanya lu !”,gw jawab agak sedikit kaget banyak terkejut.dogol n beby itu temen kuliah gw yang bisa dibilang temen baik gw. “lu ngapain sih disini “ tanya dogol n bebey. “gak ada cuma meratiin orang lewat aja”, kata gw pura-pura.”ah lu jangan boong ,lu lagi ngeliatin cewek kan !” tebak dogoln bebey. “ah gak kok”jawab gw mengelak ,dalam hati gw kaget busyet kok tau ni orang mungkin keturunan paranormal kali.
“Ke kelas yuk, udah jam segini. ” kata gw menghindar. “yuuuk…!” kata dogol n bebey. Maklum soalnya dosen kami hari ini killer banget man, udah ngasih nilai pelit banget trus kalo terlambat bakalan berabe urusannya. Di kelas waktu dosen lagi nerangin mata kuliah gw gak konsen, semua gak masuk ke otak lantaran gue tebayang-bayang sama tu cewek, senyumnya, matanya, tawanya, padahal tuh cewek satu kelas sama gw………ampuuuuun DJ. Sampe dosen selesai nerangin gw baru sadar dari lamunan itupun karena temen gw disuruh dosen ngerjain soal didepan kelas, gw langsung bingung,“gol lagi ngapain ni ?”, tanya gw, “ ya elahhh!, lu dari tadi ngapain aja sih, kita lagi disuruh ama dosen ngerjain tugas yang ada didepan kelas” kata dogol. Gawat ni pikir gue meratiin aja gw kagak ngerti apalagi gak sama sekale, duh Tuhan tolong gw kali ini please! omongan gw dalam hati. Menghindar biar wajah gw gak keliatan pun percuma soalnya gw agak mencolok dikelas, maklum la man orang keren so pasti jadi pusat perhatian. “kamu ke depan “ kata tu dosen. Gue bingung campur gemetar plus keringat dingin pokoknya komplit la man (kayak jamu komplit sido muncul), but untungnya temen-temen deket gw nolongin gw dari belakang pake kode rahasia ala pramuka and then gw selamet juga. Akhirnya jam mata kuliah habis dan dosen tuh ngasih tugas yang ribet banget, mending caranya ada di buku eh ini gak ada sama sekale duh…………pusiiiiing!(kata mbak peggy). terpaksa deh gw musti ngerjain tuh tugas dari dosen. Mau ga mau harus nanya2 gw biar kelar itupun karena gw terpaksa banget soalnya gw kaga nagrti klo ga nanya2. Abis kalo pulang kuliah, kerjaan gw tu cuman nongkrong sambil godain cewek-cewek yang lewat lumayan la man nambah koleksi. (kidding).
Dari hari2 sebelumnya gw pandangi wajah itu, wajah yang dimiliki seseorang yang membuat gw mabuk cinta dibuatnya. Mungkin dia tidak menyadari bahwa seseorang yang cool ( hahahaha ) seperti gw ini dari tadi meratiin setiap gerak-geriknya dari jauh seperti penembak jitu yang sedang mengintai musuh. Senyumnya manis banget kayak gula, kalo aja dia jadi pacar gw, gw bakalan gampang buat teh manis upss! maksudnya bakalan nempel terus (kayak perangko) deket tu cewek. Karena asyiknya ngelamunin tu cewek, gw gak sadar sesosok makhluk aneh yang gak tau dari mana datangnya muncul dari belakang gw and langsung nyerocos,”Heh dari tadi gw udah nyariin lu kagak ketemu eh gak taunya lu disini”,kata temen gw dogoln bebey.”Eh gw kira penampakan dari dunia lain rupanya lu !”,gw jawab agak sedikit kaget banyak terkejut.dogol n beby itu temen kuliah gw yang bisa dibilang temen baik gw. “lu ngapain sih disini “ tanya dogol n bebey. “gak ada cuma meratiin orang lewat aja”, kata gw pura-pura.”ah lu jangan boong ,lu lagi ngeliatin cewek kan !” tebak dogoln bebey. “ah gak kok”jawab gw mengelak ,dalam hati gw kaget busyet kok tau ni orang mungkin keturunan paranormal kali.
“Ke kelas yuk, udah jam segini. ” kata gw menghindar. “yuuuk…!” kata dogol n bebey. Maklum soalnya dosen kami hari ini killer banget man, udah ngasih nilai pelit banget trus kalo terlambat bakalan berabe urusannya. Di kelas waktu dosen lagi nerangin mata kuliah gw gak konsen, semua gak masuk ke otak lantaran gue tebayang-bayang sama tu cewek, senyumnya, matanya, tawanya, padahal tuh cewek satu kelas sama gw………ampuuuuun DJ. Sampe dosen selesai nerangin gw baru sadar dari lamunan itupun karena temen gw disuruh dosen ngerjain soal didepan kelas, gw langsung bingung,“gol lagi ngapain ni ?”, tanya gw, “ ya elahhh!, lu dari tadi ngapain aja sih, kita lagi disuruh ama dosen ngerjain tugas yang ada didepan kelas” kata dogol. Gawat ni pikir gue meratiin aja gw kagak ngerti apalagi gak sama sekale, duh Tuhan tolong gw kali ini please! omongan gw dalam hati. Menghindar biar wajah gw gak keliatan pun percuma soalnya gw agak mencolok dikelas, maklum la man orang keren so pasti jadi pusat perhatian. “kamu ke depan “ kata tu dosen. Gue bingung campur gemetar plus keringat dingin pokoknya komplit la man (kayak jamu komplit sido muncul), but untungnya temen-temen deket gw nolongin gw dari belakang pake kode rahasia ala pramuka and then gw selamet juga. Akhirnya jam mata kuliah habis dan dosen tuh ngasih tugas yang ribet banget, mending caranya ada di buku eh ini gak ada sama sekale duh…………pusiiiiing!(kata mbak peggy). terpaksa deh gw musti ngerjain tuh tugas dari dosen. Mau ga mau harus nanya2 gw biar kelar itupun karena gw terpaksa banget soalnya gw kaga nagrti klo ga nanya2. Abis kalo pulang kuliah, kerjaan gw tu cuman nongkrong sambil godain cewek-cewek yang lewat lumayan la man nambah koleksi. (kidding).
Minggu, 14 Maret 2010
PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP INDONESIA
PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP INDONESIA
Istilah Globalisasi, pertama kali digunakan oleh Theodore Levitt tahun 1985 yang menunjuk pada politik-ekonomi, khususnya politik perdagangan bebas dan transaksi keuangan. Menurut sejarahnya, akar munculnya globalisasi adalah revolusi elektronik dan disintegrasi negara-negara komunis. Revolusi elektronik melipatgandakan akselerasi komunikasi, transportasi, produksi, dan informasi.
Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi bias.
Globalisasi terjadi akibat:
Globalisasi merupakan modernisasi globalisasi juga membuat berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong masyarakat untuk berpikir lebih maju.dengan adanya globalisasi.
Globalisasi juga memiliki dua dampak yaitu dampak positif dan dampak negatif:
Dampak positif dari globalisasi diantaanya:
1. Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis. Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat.
2. Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.
3. Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.
Dampak negatif dari globalisasi diantaranya:
1. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang.
2. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri membanjiri di Indonesia.
3. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.
Ada juga dampak dari globalisasi terhadap nilai budaya yang mempengaruhi masyarakat dan semakin bertambah berbagai nilai budaya kaum kapitalis dalam masyarakat. Merebaknya gaya berpakaian barat di negara-negara berkembang.
Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai-Nilai Nasionalisme
• Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah.
• Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia. (Menurut Edison A. Jamli dkk.Kewarganegaraan.2005)
Menurut pendapat Krsna (Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme Kebudayaan Manusia di Negara Berkembang.internet.public jurnal.september 2005). Sebagai proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain- lain. Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala informasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia.Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya.
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan mempengaruhi nilai- nilai nasionalisme terhadap bangsa.
• Pengaruh positif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme
1. Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika pemerintahan djalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat.
2. Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.
3. Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.
• Pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme
1. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang
2. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
3. Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
4. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.
5. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.
Pengaruh- pengaruh di atas memang tidak secara langsung berpengaruh terhadap nasionalisme. Akan tetapi secara keseluruhan dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau hilang. Sebab globalisasi mampu membuka cakrawala masyarakat secara global. Apa yang di luar negeri dianggap baik memberi aspirasi kepada masyarakat kita untuk diterapkan di negara kita. Jika terjadi maka akan menimbulkan dilematis. Bila dipenuhi belum tentu sesuai di Indonesia. Bila tidak dipenuhi akan dianggap tidak aspiratif dan dapat bertindak anarkis sehingga mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan kesatuan bangsa.
• Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme di Kalangan Generasi Muda
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang.
Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan handphone.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.
Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya genersi muda tersebut? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki rasa nasionalisme?
Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif globalisasi lebih banyak daripada pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai nasionalisme.
• Antisipasi Pengaruh Negatif Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme
Langkah- langkah untuk mengantisipasi dampak negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme antara lain yaitu :
1. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk dalam negeri.
2. Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya.
3. Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.
4. Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti sebenar- benarnya dan seadil- adilnya.
5. Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya bangsa.
Dengan adanya langkah- langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu menangkis pengaruh globalisasi yang dapat mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa. Sehingga kita tidak akan kehilangan kepribadian bangsa.
Istilah Globalisasi, pertama kali digunakan oleh Theodore Levitt tahun 1985 yang menunjuk pada politik-ekonomi, khususnya politik perdagangan bebas dan transaksi keuangan. Menurut sejarahnya, akar munculnya globalisasi adalah revolusi elektronik dan disintegrasi negara-negara komunis. Revolusi elektronik melipatgandakan akselerasi komunikasi, transportasi, produksi, dan informasi.
Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi bias.
Globalisasi terjadi akibat:
Globalisasi merupakan modernisasi globalisasi juga membuat berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong masyarakat untuk berpikir lebih maju.dengan adanya globalisasi.
Globalisasi juga memiliki dua dampak yaitu dampak positif dan dampak negatif:
Dampak positif dari globalisasi diantaanya:
1. Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis. Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat.
2. Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.
3. Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.
Dampak negatif dari globalisasi diantaranya:
1. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang.
2. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri membanjiri di Indonesia.
3. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.
Ada juga dampak dari globalisasi terhadap nilai budaya yang mempengaruhi masyarakat dan semakin bertambah berbagai nilai budaya kaum kapitalis dalam masyarakat. Merebaknya gaya berpakaian barat di negara-negara berkembang.
Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai-Nilai Nasionalisme
• Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah.
• Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia. (Menurut Edison A. Jamli dkk.Kewarganegaraan.2005)
Menurut pendapat Krsna (Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme Kebudayaan Manusia di Negara Berkembang.internet.public jurnal.september 2005). Sebagai proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain- lain. Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala informasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia.Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya.
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan mempengaruhi nilai- nilai nasionalisme terhadap bangsa.
• Pengaruh positif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme
1. Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika pemerintahan djalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat.
2. Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.
3. Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.
• Pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme
1. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang
2. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
3. Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
4. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.
5. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.
Pengaruh- pengaruh di atas memang tidak secara langsung berpengaruh terhadap nasionalisme. Akan tetapi secara keseluruhan dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau hilang. Sebab globalisasi mampu membuka cakrawala masyarakat secara global. Apa yang di luar negeri dianggap baik memberi aspirasi kepada masyarakat kita untuk diterapkan di negara kita. Jika terjadi maka akan menimbulkan dilematis. Bila dipenuhi belum tentu sesuai di Indonesia. Bila tidak dipenuhi akan dianggap tidak aspiratif dan dapat bertindak anarkis sehingga mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan kesatuan bangsa.
• Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme di Kalangan Generasi Muda
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang.
Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan handphone.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.
Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya genersi muda tersebut? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki rasa nasionalisme?
Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif globalisasi lebih banyak daripada pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai nasionalisme.
• Antisipasi Pengaruh Negatif Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme
Langkah- langkah untuk mengantisipasi dampak negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme antara lain yaitu :
1. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk dalam negeri.
2. Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya.
3. Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.
4. Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti sebenar- benarnya dan seadil- adilnya.
5. Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya bangsa.
Dengan adanya langkah- langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu menangkis pengaruh globalisasi yang dapat mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa. Sehingga kita tidak akan kehilangan kepribadian bangsa.
Kebudayaa Tari Jaipong Kesenian Tradisional Jawa Barat
Tari Jaipong Kesenian Tradisional Jawa Barat
Jaipongan adalah sebuah genre seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Perhatiannya pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian di atas cukup memiliki inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama Jaipongan. Sebagai tarian pergaulan, tari Jaipong berhasil dikembangkan oleh Seniman Sunda menjadi tarian yang memasyarakat dan sangat digemari oleh masyarakat Jawa Barat (khususnya), bahkan populer sampai di luar Jawa Barat.
MENYEBUT Jaipongan sesungguhnya tak hanya akan mengingatkan orang pada sejenis tari tradisi Sunda yang atraktif dengan gerak yang dinamis. Tangan, bahu, dan pinggul selalu menjadi bagian dominan dalam pola gerak yang lincah, diiringi oleh pukulan kendang. Terutama pada penari perempuan, seluruhnya itu selalu dibarengi dengan senyum manis dan kerlingan mata. Inilah sejenis tarian pergaulan dalam tradisi tari Sunda yang muncul pada akhir tahun 1970-an yang sampai hari ini popularitasnya masih hidup di tengah masyarakat.
Sejarah
Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong. Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.
Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pencak Silat.
Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Karya pertama Gugum Gumbira masih sangat kental dengan warna ibing Ketuk Tilu, baik dari segi koreografi maupun iringannya, yang kemudian tarian itu menjadi populer dengan sebutan Jaipongan.
Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan (alami, apa adanya). Hal itu tercermin dalam pola penyajian tari pada pertunjukannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada seni Jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di daerah Subang. Dalam penyajiannya, Jaipongan gaya kaleran ini, sebagai berikut: 1) Tatalu; 2) Kembang Gadung; 3) Buah Kawung Gopar; 4) Tari Pembukaan (Ibing Pola), biasanya dibawakan oleh penari tunggal atau Sinden Tatandakan (serang sinden tapi tidak bisa nyanyi melainkan menarikan lagu sinden/juru kawih); 5) Jeblokan dan Jabanan, merupakan bagian pertunjukan ketika para penonton (bajidor) sawer uang (jabanan) sambil salam tempel. Istilah jeblokan diartikan sebagai pasangan yang menetap antara sinden dan penonton (bajidor).
Perkembangan Tari Jaipong
Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari "Daun Pulus Keser Bojong" dan "Rendeng Bojong" yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri). Dari tarian itu muncul beberapa nama penari Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kurniadi. Awal kemunculan tarian tersebut sempat menjadi perbincangan, yang isu sentralnya adalah gerakan yang erotis dan vulgar. Namun dari ekspos beberapa media cetak, nama Gugum Gumbira mulai dikenal masyarakat, apalagi setelah tari Jaipongan pada tahun 1980 dipentaskan di TVRI stasiun pusat Jakarta. Dampak dari kepopuleran tersebut lebih meningkatkan frekuensi pertunjukan, baik di media televisi, hajatan maupun perayaan-perayaan yang diselenggarakan oleh pihak swasta dan pemerintah.
Kehadiran Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para penggiat seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang perhatian. Dengan munculnya tari Jaipongan, dimanfaatkan oleh para penggiat seni tari untuk menyelenggarakan kursus-kursus tari Jaipongan, dimanfaatkan pula oleh pengusaha pub-pub malam sebagai pemikat tamu undangan, dimana perkembangan lebih lanjut peluang usaha semacam ini dibentuk oleh para penggiat tari sebagai usaha pemberdayaan ekonomi dengan nama Sanggar Tari atau grup-grup di beberapa daerah wilayah Jawa Barat, misalnya di Subang dengan Jaipongan gaya "kaleran" (utara).
Perkembangan selanjutnya tari Jaipongan terjadi pada taahun 1980-1990-an, di mana Gugum Gumbira menciptakan tari lainnya seperti Toka-toka, Setra Sari, Sonteng, Pencug, Kuntul Mangut, Iring-iring Daun Puring, Rawayan dan tari Kawung Anten. Dari tarian-tarian tersebut muncul beberapa penari Jaipongan yang handal antara lain Iceu Effendi, Yumiati Mandiri, Miming Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Ega, Nuni, Cepy, Agah, Aa Suryabrata dan Asep.
Dewasa ini tari Jaipongan boleh disebut sebagai salah satu identitas keseniaan Jawa Barat, hal ini nampak pada beberapa acara-acara penting yang berkenaan dengan tamu dari negara asing yang datang ke Jawa Barat, maka disambut dengan pertunjukan tari Jaipongan. Demikian pula dengan misi-misi kesenian ke manca negara senantiasa dilengkapi dengan tari Jaipongan. Tari Jaipongan banyak mempengaruhi kesenian-kesenian lain yang ada di masyarakat Jawa Barat, baik pada seni pertunjukan wayang, degung, genjring/terbangan, kacapi jaipong, dan hampir semua pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern yang dikolaborasikan dengan Jaipong.
Jaipongan adalah sebuah genre seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Perhatiannya pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian di atas cukup memiliki inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama Jaipongan. Sebagai tarian pergaulan, tari Jaipong berhasil dikembangkan oleh Seniman Sunda menjadi tarian yang memasyarakat dan sangat digemari oleh masyarakat Jawa Barat (khususnya), bahkan populer sampai di luar Jawa Barat.
MENYEBUT Jaipongan sesungguhnya tak hanya akan mengingatkan orang pada sejenis tari tradisi Sunda yang atraktif dengan gerak yang dinamis. Tangan, bahu, dan pinggul selalu menjadi bagian dominan dalam pola gerak yang lincah, diiringi oleh pukulan kendang. Terutama pada penari perempuan, seluruhnya itu selalu dibarengi dengan senyum manis dan kerlingan mata. Inilah sejenis tarian pergaulan dalam tradisi tari Sunda yang muncul pada akhir tahun 1970-an yang sampai hari ini popularitasnya masih hidup di tengah masyarakat.
Sejarah
Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong. Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.
Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pencak Silat.
Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Karya pertama Gugum Gumbira masih sangat kental dengan warna ibing Ketuk Tilu, baik dari segi koreografi maupun iringannya, yang kemudian tarian itu menjadi populer dengan sebutan Jaipongan.
Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan (alami, apa adanya). Hal itu tercermin dalam pola penyajian tari pada pertunjukannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada seni Jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di daerah Subang. Dalam penyajiannya, Jaipongan gaya kaleran ini, sebagai berikut: 1) Tatalu; 2) Kembang Gadung; 3) Buah Kawung Gopar; 4) Tari Pembukaan (Ibing Pola), biasanya dibawakan oleh penari tunggal atau Sinden Tatandakan (serang sinden tapi tidak bisa nyanyi melainkan menarikan lagu sinden/juru kawih); 5) Jeblokan dan Jabanan, merupakan bagian pertunjukan ketika para penonton (bajidor) sawer uang (jabanan) sambil salam tempel. Istilah jeblokan diartikan sebagai pasangan yang menetap antara sinden dan penonton (bajidor).
Perkembangan Tari Jaipong
Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari "Daun Pulus Keser Bojong" dan "Rendeng Bojong" yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri). Dari tarian itu muncul beberapa nama penari Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kurniadi. Awal kemunculan tarian tersebut sempat menjadi perbincangan, yang isu sentralnya adalah gerakan yang erotis dan vulgar. Namun dari ekspos beberapa media cetak, nama Gugum Gumbira mulai dikenal masyarakat, apalagi setelah tari Jaipongan pada tahun 1980 dipentaskan di TVRI stasiun pusat Jakarta. Dampak dari kepopuleran tersebut lebih meningkatkan frekuensi pertunjukan, baik di media televisi, hajatan maupun perayaan-perayaan yang diselenggarakan oleh pihak swasta dan pemerintah.
Kehadiran Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para penggiat seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang perhatian. Dengan munculnya tari Jaipongan, dimanfaatkan oleh para penggiat seni tari untuk menyelenggarakan kursus-kursus tari Jaipongan, dimanfaatkan pula oleh pengusaha pub-pub malam sebagai pemikat tamu undangan, dimana perkembangan lebih lanjut peluang usaha semacam ini dibentuk oleh para penggiat tari sebagai usaha pemberdayaan ekonomi dengan nama Sanggar Tari atau grup-grup di beberapa daerah wilayah Jawa Barat, misalnya di Subang dengan Jaipongan gaya "kaleran" (utara).
Perkembangan selanjutnya tari Jaipongan terjadi pada taahun 1980-1990-an, di mana Gugum Gumbira menciptakan tari lainnya seperti Toka-toka, Setra Sari, Sonteng, Pencug, Kuntul Mangut, Iring-iring Daun Puring, Rawayan dan tari Kawung Anten. Dari tarian-tarian tersebut muncul beberapa penari Jaipongan yang handal antara lain Iceu Effendi, Yumiati Mandiri, Miming Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Ega, Nuni, Cepy, Agah, Aa Suryabrata dan Asep.
Dewasa ini tari Jaipongan boleh disebut sebagai salah satu identitas keseniaan Jawa Barat, hal ini nampak pada beberapa acara-acara penting yang berkenaan dengan tamu dari negara asing yang datang ke Jawa Barat, maka disambut dengan pertunjukan tari Jaipongan. Demikian pula dengan misi-misi kesenian ke manca negara senantiasa dilengkapi dengan tari Jaipongan. Tari Jaipongan banyak mempengaruhi kesenian-kesenian lain yang ada di masyarakat Jawa Barat, baik pada seni pertunjukan wayang, degung, genjring/terbangan, kacapi jaipong, dan hampir semua pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern yang dikolaborasikan dengan Jaipong.
Minggu, 14 Februari 2010
kenapa saya harus bangga sebagai bangsa indonesia
Ya, aku sangat bangga dilahirkan di negeri yang konon katanya Gemah Ripah Loh Jinawi ini. Kenapa mesti malu coba? Bukankah hubbul watani minal iman (cinta tanah air sebagian dari iman) ?
Pak H. Rosihan Anwar, seorang wartawan nasional pernah mengungkapkan dalam puisinya betapa ia tidak malu menjadi orang Indonesia.
Aku tidak malu jadi orang Indonesia … Biar orang bilang apa saja, biar, biar … Indonesia negara paling korup di dunia Indonesia negara gagal Indonesia negara lemah Indonesia melanggar HAM Elite Indonesia serakah harta dan kekuasaan Presiden-presiden Indonesia dilecehkan humoris
Biar saja orang-orang menghujat Negara Indonesia ini dengan berbagai hujatan, dijuluki dengan bebagai julukan.Terserah! “Kalau kamu benci dengan negeri ini, kenapa tidak angkat kaki saja? Kenapa tetap saja mengais rezeki dan mempertahankan hidup di negeri yang kamu benci ini? Kenapa tetap menggunakan Bahasa Indonesia? Tetap memakai fasilitas Negara?” Kata-kata itu sangat layak diucapkan untuk mereka yang ngakunya “benci” dengan Indonesia.
Aku sangat bangga bertanah airkan Indonesia. Karena di dunia ini hanyalah Indonesia yang bernama Indonesia, berbahasa Indonesia, memiliki ribuan pulau, berbagai macam suku, sumber daya alam yang melimpah ruah, dan merupakan negara tropis.
Aku bangga menjadi rakyat Indonesia. Rakyat dari sebuah negara yang kaya raya, yang memiliki total penduduk seratus juta lebih, yang hampir setiap tahunnya dilanda bencana. Bayangkan saja kalau Indonesia tidak terdapat banyak bencana, maka pusat penelitian bencana akan berpindah ke negara-negara lain. Eitss,. Bukan bermaksud senang dengan bencana di negara ini. Dari pada bersusah, mending kita mengambil hikmahnya sambil terus membenah diri. Betul ngga?
Namun, di balik kebanggaanku aku merasa miris dengan sikap teman-temanku yang mengaku sebagai “RAKYAT” Indonesia juga. Tak jarang makian terus saja terlontar untuk negeri ini. Sangat beragam. Pantaskah Indonesia mendapatkan semua itu? Seandainya negaraku berwujud seorang ibu, maka matanya pasti kering karena tak ada lagi air mata yang bisa keluar. Telah kering air itu.
Coba kita telaah lebih lanjut. Indonesiakah yang salah? Saya rasa kalau Anda menjawab “Ya”, maka Anda salah besar! Indonesia hanya sebuah Negara, bukan manusia. Jadi yang salah adalah kita semua. Ya, kita semua yang masih berwujud manusia dan hidup di tanah air Indonesia.
Kenapa?
Kita bisa saja berdalih kalau kita hanyalah rakyat kecil yang menjadi korban para penguasa. Siapakah yang memilih penguasa? Kita juga kan? Kita-rakyat Indonesia.
“Wah, ngga fair itu. Saya ngga tahu menahu dengan semua itu. Saya hanya korban.” Lantas kenapa ngga mau mencari tahu? Kenapa hanya ikut-ikutan? Dan mau-maunya dikorbankan? Berapa abad kita sudah dijajah Belanda ditambah beberapa tahun oleh Jepang? Nah sekarang kan sudah merdeka, kenapa tetap mau dijajah.
Kita hanya bisa berdalih, menyalahkan orang lain, mengkritik, tapi tidak mau memberikan solusi.
Korupsi merajalela, kenapa? Karena kita telah menganggapnya hal yang biasa. Sogok-menyogok juga biasa. Semua dianggap biasa. “Sudahlah, biar urusannya cepat selesai,” dalih kita.
Nah, kalau hal itu tidak diberantas dan tetap menjadikannya sebagai hal yang biasa. Maka siapa yang salah?
Kritik boleh-boleh saja. Tapi negeri ini bukanlah miliknya para penguasa saja. Bukan milik para pejabat. Bukan hanya milik segelintir orang. Tapi, kita yang mengaku jadi rakyat Indonesialah pemiliknya. Jadi, jangan hanya mengkritik! Tapi berikanlah solusinya. Jangan hanya mengharap, tapi terjunlah bersama-sama membangun negeri ini.
Jadi jangan malu dengan keadaan negeri kita, tapi merasa malulah pada diri sendiri dan malu kepada Tuhan, serta malulah berkumpul bersama-sama dengan orang yang tidak mengerti arti hidup, orang yang tidak bisa menerima hidup ini dengan iklas, malulah berkumpul dengan orang-orang Indonesia yang tidak dapat jujur pada dirinya sendiri, suka bohong, menipu, maling (apapun bentuknya, lebih-lebih maling berdasi), yang harus Anda malu adalah jika Anda berkumpul bersama dengan para pejabat negara, dan para selebriti yang senang berfoya-foya, yang memiliki gaya hidup gengsi yang tinggi.
Mari kita lihat Negara Ethiopia dan negara miskin kerontang lainya. Atlet mereka tidak malu untuk terus berlari membawa bendera negaranya merebut emas marathon turun temurun. Mengapa kita musti ngomong malu tapi tidak bergerak dan hanya menjadi penonton atau komentator yg memalukan sambil memajang foto diri. Orang malu kan mustinya gak mau keliatan wajahnya.
Akan tetapi, saya yakin, ditengah bobroknya kondisi bangsa, masih banyak orang-orang yang sangat mencintai negeri ini. Orang-orang yang senantiasa saling menjaga dalam kebaikan masih ada, dan akan terus bertambah. Orang-orang yang yang mau bangkit dan bergerak, serta bisa menjadi solusi.
Mereka tidaklah seperti air yang menggenang, yang hanya diam saja dan menjadi sarang penyakit. Mereka adalah air yang mengalir, air yang bermanfaat bagi sekitarnya. Dan tentu saja mereka bukanlah orang-orang yang berkerumun tidak beraturan.
Pak H. Rosihan Anwar, seorang wartawan nasional pernah mengungkapkan dalam puisinya betapa ia tidak malu menjadi orang Indonesia.
Aku tidak malu jadi orang Indonesia … Biar orang bilang apa saja, biar, biar … Indonesia negara paling korup di dunia Indonesia negara gagal Indonesia negara lemah Indonesia melanggar HAM Elite Indonesia serakah harta dan kekuasaan Presiden-presiden Indonesia dilecehkan humoris
Biar saja orang-orang menghujat Negara Indonesia ini dengan berbagai hujatan, dijuluki dengan bebagai julukan.Terserah! “Kalau kamu benci dengan negeri ini, kenapa tidak angkat kaki saja? Kenapa tetap saja mengais rezeki dan mempertahankan hidup di negeri yang kamu benci ini? Kenapa tetap menggunakan Bahasa Indonesia? Tetap memakai fasilitas Negara?” Kata-kata itu sangat layak diucapkan untuk mereka yang ngakunya “benci” dengan Indonesia.
Aku sangat bangga bertanah airkan Indonesia. Karena di dunia ini hanyalah Indonesia yang bernama Indonesia, berbahasa Indonesia, memiliki ribuan pulau, berbagai macam suku, sumber daya alam yang melimpah ruah, dan merupakan negara tropis.
Aku bangga menjadi rakyat Indonesia. Rakyat dari sebuah negara yang kaya raya, yang memiliki total penduduk seratus juta lebih, yang hampir setiap tahunnya dilanda bencana. Bayangkan saja kalau Indonesia tidak terdapat banyak bencana, maka pusat penelitian bencana akan berpindah ke negara-negara lain. Eitss,. Bukan bermaksud senang dengan bencana di negara ini. Dari pada bersusah, mending kita mengambil hikmahnya sambil terus membenah diri. Betul ngga?
Namun, di balik kebanggaanku aku merasa miris dengan sikap teman-temanku yang mengaku sebagai “RAKYAT” Indonesia juga. Tak jarang makian terus saja terlontar untuk negeri ini. Sangat beragam. Pantaskah Indonesia mendapatkan semua itu? Seandainya negaraku berwujud seorang ibu, maka matanya pasti kering karena tak ada lagi air mata yang bisa keluar. Telah kering air itu.
Coba kita telaah lebih lanjut. Indonesiakah yang salah? Saya rasa kalau Anda menjawab “Ya”, maka Anda salah besar! Indonesia hanya sebuah Negara, bukan manusia. Jadi yang salah adalah kita semua. Ya, kita semua yang masih berwujud manusia dan hidup di tanah air Indonesia.
Kenapa?
Kita bisa saja berdalih kalau kita hanyalah rakyat kecil yang menjadi korban para penguasa. Siapakah yang memilih penguasa? Kita juga kan? Kita-rakyat Indonesia.
“Wah, ngga fair itu. Saya ngga tahu menahu dengan semua itu. Saya hanya korban.” Lantas kenapa ngga mau mencari tahu? Kenapa hanya ikut-ikutan? Dan mau-maunya dikorbankan? Berapa abad kita sudah dijajah Belanda ditambah beberapa tahun oleh Jepang? Nah sekarang kan sudah merdeka, kenapa tetap mau dijajah.
Kita hanya bisa berdalih, menyalahkan orang lain, mengkritik, tapi tidak mau memberikan solusi.
Korupsi merajalela, kenapa? Karena kita telah menganggapnya hal yang biasa. Sogok-menyogok juga biasa. Semua dianggap biasa. “Sudahlah, biar urusannya cepat selesai,” dalih kita.
Nah, kalau hal itu tidak diberantas dan tetap menjadikannya sebagai hal yang biasa. Maka siapa yang salah?
Kritik boleh-boleh saja. Tapi negeri ini bukanlah miliknya para penguasa saja. Bukan milik para pejabat. Bukan hanya milik segelintir orang. Tapi, kita yang mengaku jadi rakyat Indonesialah pemiliknya. Jadi, jangan hanya mengkritik! Tapi berikanlah solusinya. Jangan hanya mengharap, tapi terjunlah bersama-sama membangun negeri ini.
Jadi jangan malu dengan keadaan negeri kita, tapi merasa malulah pada diri sendiri dan malu kepada Tuhan, serta malulah berkumpul bersama-sama dengan orang yang tidak mengerti arti hidup, orang yang tidak bisa menerima hidup ini dengan iklas, malulah berkumpul dengan orang-orang Indonesia yang tidak dapat jujur pada dirinya sendiri, suka bohong, menipu, maling (apapun bentuknya, lebih-lebih maling berdasi), yang harus Anda malu adalah jika Anda berkumpul bersama dengan para pejabat negara, dan para selebriti yang senang berfoya-foya, yang memiliki gaya hidup gengsi yang tinggi.
Mari kita lihat Negara Ethiopia dan negara miskin kerontang lainya. Atlet mereka tidak malu untuk terus berlari membawa bendera negaranya merebut emas marathon turun temurun. Mengapa kita musti ngomong malu tapi tidak bergerak dan hanya menjadi penonton atau komentator yg memalukan sambil memajang foto diri. Orang malu kan mustinya gak mau keliatan wajahnya.
Akan tetapi, saya yakin, ditengah bobroknya kondisi bangsa, masih banyak orang-orang yang sangat mencintai negeri ini. Orang-orang yang senantiasa saling menjaga dalam kebaikan masih ada, dan akan terus bertambah. Orang-orang yang yang mau bangkit dan bergerak, serta bisa menjadi solusi.
Mereka tidaklah seperti air yang menggenang, yang hanya diam saja dan menjadi sarang penyakit. Mereka adalah air yang mengalir, air yang bermanfaat bagi sekitarnya. Dan tentu saja mereka bukanlah orang-orang yang berkerumun tidak beraturan.
Kamis, 29 Oktober 2009
Teknik-Teknik Wawancara
Survai atau dalam bahasa Inggris “survey” adalah salah satu bentuk atau jenis penelitian yang banyak dikenal dan disebut-sebut. Namun demikian seringkali kita salah-kaprah dalam menggunakan istilah tersebut. To survey adalah bertanya pada seseorang dan lalu jawabannya direkam (Cooper dan Emory, 1995) Survey adalah satu bentuk teknik penelitian di mana informasi dikumpulkan dari sejumlah sampel berupa orang, melalui pertanyaan-pertanyaan; satu cara mengumpulkan data melalui komunikasi dengan individu-individu dalam suatu sampel (Zikmund,1997) Survey adalah metoda pengumpulan data melalui instrumen yang bisa merekam tangapan-tanggapan responden dalam sebuah sampel penelitian (Nan Lin1976) Walau umumnya orang bisa saling mempertukarkan istilah “survey” dengan “daftar pertanyaan” , namun istilah survey digunakan sebagai kategori umum penelitian yang menggunakan kuesioner dan wawancara sebagai metodenya (Gay dan Diehl, 1992). Survai merupakan satu metode penelitian yang teknik pengambilan datanya dilakukan melalui pertanyaan - tertulis atau lisan (Bailey, 1982) .
Dari berbagai tulisan yang disusun oleh pakar tersebut maka dapat dimaknakan bahwa survai boleh disebut sebagai satu bentuk penelitian yang respondennya adalah manusia; dan untuk bisa memperoleh informasi daripadanya maka perlu disusun satu instrumen penelitian yaitu kuesioner (daftar pertanyaan) dan atau pedoman wawancara (interview guide). Dengan demikian penggunaan istilah survai tidak tepat jika pada waktu mencari data, peneliti tidak bertanya (secara tertulis maupun lisan) kepada responden. Oleh karena itu dalam beberapa buku tentang metode penelitian, survai dibahas dalam topik teknik pengumpulan data, karena titik tekan kata “survey” adalah pada cara perolehan data.
Ciri-ciri Survai
Di bawah ini disajikan beberapa karakteristik penelitian yang bentuknya survai . (Nan Lin, 1976).
Pertama : Melibatkan sampel yang mampu mewakili populasi. Jadi teknik pengambilan sampelnya harus sampling probabilistic (sampel acak). Survai yang dilakukan terhadap populasi dinamakan sensus.
Kedua : Informasi yang dikumpulkan berasal langsung dari responden. Responden dapat menyatakan langsung pandangannya berdasarkan pertanyaan tertulis yang diberikan kepadanya (kuesioner), atau juga berdasarkan pertanyaan lisan (wawancara).
Ketiga : Karena sampel harus representatif (mewakili populasi), maka ukuran sampelnya relatif banyak (sebanding dengan populasi), dibandingkan dengan metode lainnya.
Keempat : Penarikan data dilakukan dalam tatanan yang natural, apa adanya, sesuai dengan kondisi sebenarnya. Responden harus tidak boleh mengemukakan tanggapannya dalam lingkungan asing yang tidak nyaman, atau akrab dengan dirinya. Misalnya, kuesioner diisi di ruang khusus. Biasanya peneliti datang ke tempat kerja atau ke rumah responden.
Karena karakterisik yang demikian tadi, di mana melalui survai memungkinkan peneliti melingkup wilayah yang lebih luas, maka banyak penelitian sosial menggunakan metode ini. Pada dasarnya ada dua bentuk penelitian survai yaitu survai dengan cara wawancara, dan survai dengan cara memberikan daftar pertanyaan (kuesioner).
Prinsip penyusunan pertanyaan
Kata kunci survai adalah “bertanya”. Artinya kalau kita mengadakan penelitian di mana datanya diperoleh dari hasil pertanyaan yang kita ajukan, maka penelitian tersebut sudah bisa dimamakan survai. Agar pertanyaan yang diajukan kepada responden bisa menghasilkan jawaban yang berguna bagi penelitian maka ada beberapa prinsip yang perlu dikuasai dan dilaksanakan oleh seorang peneliti.
1. Kuasai konsep penelitian. Hal ini sangat penting karena tanpa penguasaan konsep penelitiannya, maka besar kemungkinan peneliti akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak relevan. Seorang peneliti yang ingin meneliti tingkat produktivitas , dia harus benar-benar mengerti konsep “produktivitas”. Demikian pula jika dia ingin meneliti bauran pemasaran maka penguasaan konsep “bauran pemasaran” merupakan syarat yang tidak dapat ditawar (conditio sine qua non).
Sumber penguasaan konsep adalah informasi-informasi yang berasal dari buku-buku teks, jurnal-jurnal ilmiah, yang secara khusus membahas konsep tersebut. Agar penguasaannya cukup komprehensif, disarankan kepada peneliti untuk mempelajari konsep penelitiannya tidak hanya dari satu atau dua sumber, melainkan dari banyak sumber sehingga konsep penelitiannya memperoleh dukungan akademik yang memadai.
Catatan : Ada beberapa penulis yang membedakan kata “concept” dengan “construct”. Menurutnya concept untuk sesuatu yang kongkret, misalnya “upah”, “usia”, “pohon”. “rumah” dsb. sedangkan construct untuk sesuatu yang abstrak misalnya “motivasi”, kepuasan”, “haus”, “belajar”, “citra”, “budaya” dsb.
2. Tetapkan variabel utama penelitian Yang dimaksud adalah variabel utama pada dasarnya adalah konsep utama penelitian.. Konsep tadi bisa disebut variabel jika mempunyai nilai yang bervariasi. Jenis kelamin disebut variabel karena ada dua variasi yaitu laki-laki dan perempuan. Usia bisa disebut variabel karena ada yang berusia 12 tahun, 19 tahun dst. Lajimnya, variabel utama penelitian secara eksplisit tertulis dalam judul penelitian. Misalnya judul penelitian adalah “pengaruh upah terhadap kinerja”, maka variabel utama adalah “upah” dan “kinerja”. Besarnya upah bervariasi, demikian pula kinerja pegawai.
3. Tetapkan variabel pendukung. Yaitu variabel lain di luar variabel utama yang oleh peneliti dianggap sebagai sesuatu hal yang dapat mendukung analisis hasil penelitiannya. Misalnya, penelitian tentang kepuasan kerja dapat memasukan variabel jenis kelamin dan usia jika kedua variabel tambahan tadi dianggap bisa mendukung atau penting bagi analisis hasil penelitian. Jika peneliti menduga bahwa pegawai wanita mempunyai tingkat kepuasan yang lebih rendah dibanding pegawai laki-laki, maka konsekuensinya adalah menambahkan variabel jenis kelamin ke dalam rancangan penelitiannya. Jumlah variabel pendukung sebaiknya dibatasi karena akan berakibat pada biaya (dana, waktu, tenaga ). Jika memang tidak penting sebaiknya jangan dimunculkan.
4. Susun definisi operasional variabel penelitian. Kegiatan ini sangat penting jika analisis penelitian dilakukan secara kuantitatif. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengurangi tingkat “keabstrakan” suatu konstrak sehingga bisa dilakukan pengukuran. Misalkan. “haus” diukur dengan jumlah air yang diminum; motivasi belajar diukur dengan jumlah jam membaca buku pelajaran. Makin abstrak variabel penelitiannya makin sulit dioperasionalisasikannya. Penelitian dalam bidang kebudayaan, filsafat, dan humaniora, lebih sering menggunakan analisis kualitatif antara lain disebabkan oleh sulitnya memberikan definisi operasional pada variabel-variabel penelitiannya.
Survai melalui wawancara
Wawancara adalah teknik pengambilan data melalui pertanyaan yang diajukan secara lisan kepada responden. Umumnya teknik pengambilan data dengan cara ini dilakukan jika peneliti bermaksud melakukan analisis kualitatif atas penelitiannya. Wawancara bisa dilakukan secara tatap muka di antara peneliti dengan responden dan bisa juga melalui telepon . Di bawah ini digambarkan sebuah model yang menggambarkan berbagai variable yang mempengaruhi proses wawancara.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI DALAM WAWANCARA TATAP (DIMODIFIKASI)
Sumber : Warwick, Donald P. and Lininger, Charles A, The Sample Survey : Theory and Practice, New York, Mc.Graw-Hill, 1975. Dalam “Teknik Wawancara”, Irawati Singarimbun, Metode Penelitian Survai, Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, LP3ES, Jakarta, 1989.
Agar memudahkan penjelasannya, model tersebut di atas tidak seratus persen dicontoh sama dengan sumber aslinya. Intinya, komunikasi dua arah di antara pewawancara dengan responden, di samping dipengaruhi oleh karakteristik dan kemampuan masing-masing pihak, di pengaruhi juga oleh variable lain, yaitu situasi di mana wawancara berlangsung dan isi pertanyaan. Misalnya, kalau pewawancara kemampuan berkomunikasinya kurang baik dan juga belum mengikuti pelatihan wawancara, respondennya tidak bisa baca tulis, maka bisa terjadi situasi yang disebut dengan istilah :”communication break-down”. Apalagi jika di ruang wawancara ada bapak Camat , lalu pertanyaannya tentang kebijakan kantor kecamatan dalam mendorong partisipasi masyarakat. Hasilnya sudah bisa diduga kira-kira bagaimana.
Kekuatan dan Kelemahan Wawancara
Bailey ( 1978) dalam bukunya Methods of Social Research menguraikan berbagai kekuatan dan kelemahan wawancara dalam suatu penelitian. Pertama adalah kekuatannya, yang terdiri atas :
1. Flexibility . Pewancara dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi yang dihadapi pada saat itu. Jika dia menginginkan informasi yang mendalam maka dapat melakukan “probing”. Demikian pula jika ingin memperoleh informasi tambahan, maka dia dapat mengajukan pertanyaan tambahan. Bahkan jika sebuah pertanyaan dianggap kurang tepat ditanyakan pada saat itu, dia bisa menundanya.
2. Response rate . Maknanya, wawancara cenderung ditanggapi secara lebih baik dibandingkan dengan kuesioner yang diposkan. Responden yang tidak mampu menulis atau membaca tetap bisa menjawab pertanyaan, demikian pula mereka yang malas menulis. Banyak responden yang lebih menyukai mengeluarkan pandangannya secara lisan daripada tulisan.
3. Nonverbal behavior. Pewawancara dapat mengobservasi perilaku nonverbal, Misalnya rasa suka, rasa tidak suka, atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan dan dijawab oleh responden.
4. Control over environment : Pewawancara dapat mengatur lingkungan di mana wawancara dilakukan, misalnya di ruangan tersendiri, atau tanpa kehadiran orang lain. Hal ini mencegah terjadinya jawaban yang diintervensi pihak lain.
5. Question order. Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga responden dapat memahami maksud penelitian secara lebih baik. Hal ini juga dapat menjamin pertanyaan dapat terjawab semuanya, kecuali memang respondennya tidak bersedia menjawabnya.
6. Spontaneity. Pewawancara dapat merekam jawaban-jawaban yang spontan. Dalam hal tertentu jawaban spontan bisa lebih jujur dan informative, kurang normative.
7. Respondent alone can answer. Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh responden yang telah kita tetapkan.
8. Completeness. Pewawancara dapat memperoleh jawaban atas seluruh pertanyaan yang diajukan.
9. Time of interview. Pewawancara dapat menyusun jadwal wawancara yang relatif pasti. Kapan, di mana, sehingga data yang diperoleh tidak keluar dari rancangan penelitian.
10. Greater complexity of questionnaire. Kuesioner umumnya berisikan pertanyaan yang mudah dijawab oleh responden. Melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang rumit dan mendetail.
Kelemahan :
1. Cost. Biaya supervisi lapangan, biaya latihan pewawancara, biaya perjalanan serta pemondokan, imbalan bagi responden, dan lain sebagainya Di Amerika dan Eropa khususnya, biaya yang harus dikeluarkan untuk seorang responden bisa sampai dengan 100 dolar pada tahun 1995 (Cooper dan Emory). Artinya kalau respondennya 100 orang peneliti harus menyediakan uang sekitar 75 juta rupiah. Di Indonesia belum ada tarif yang bisa diterima umum ketika seorang peneliti mewawancarai responden
2. Time. Waktu wawancara tidak dapat dilakukan kapan saja. Kadang responden hanya punya waktu sedikit, sehingga untuk menjawab seluruh pertanyaan diperlukan beberapa kali wawancara. Berdasarkan pengalaman, penelitian yang sampelnya banyak dan secara geografis berbeda domisilinya, bisa memakan waktu sekitar enam bulan .
3. Interview bias. Walau telah dilakukan tatap muka, namun kesalahan bertanya dan juga kesalahan mentafsirkan jawaban, masih bisa terjadi. Sering terjadi atribut (jenis kelamin, etnik, status sosial, jabatan, usia, pakaian, penampilan fisik, dsb) responden dan juga pewawancara mempengaruhi jawaban.
4. Inconvenience.. Karena kesibukan atau alasan lainnya, tidak sedikit responden mau diwawancarai. Namjun, karena sudah janji, responden tetap mau menjawab pertanyaan walau dalam kondisi tertekan, sakit, atau mengalami gangguan lainnya. Dan hal tersebut berpengaruh pada kualitas jawaban Berdasarkan banyak penelitian di bidang manajemen sumber daya manusia, pimpinan perusahaan lebih sering melarang peneliti mewawancari pegawainya. Kalau wawancara dilakukan di rumah juga sama. Mungkin mereka tidak punya waktu atau bisa juga karena mereka takut didatangi oleh orang asing.
5. Less anonymity. Dibanding melalui kuesioner, melalui wawancara responden sulit menyembunyikan identitas dirinya . Artinya pewawancara bisa dipandang mempunyai potensi yang bisa mengancam dirinya, sehingga jawaban harus dilakukan secara ekstra hati-hati. Apalagi jika jawabannya direkam melalui pita perekam.
6. Less standardized question wording. Pertanyaan sering kali kurang baku. Responden yang berbeda bisa ditanyakan dengan kalimat yang berbeda bahkan isinya berbeda pula. Fleksibilitas ternyata bisa merupakan kekuatan namun dapat pula merupakan kelemahan tenik wawancara.
Syarat utama wawancara agar berhasil
(1) Tersedianya informasi yang diperlukan dalam diri responden Peneliti harus mempunyai informasi lengkap tentang diri responden. Artinya apakah responden yang akan diwawancarainya mempunyai informasi yang ingin diperoleh peneliti. Ada istilah yang populer yaitu bahwa responden yang akan diwawancarai harus yang “rich information”
(2) Responden harus benar-benar mengerti apa yang harus dilakukannya. Untuk itu maka peneliti harus dapat menjelaskan bagaimana seharusnya responden menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya. Peneliti boleh saja memberikan pelatihan singkat kepada responden.
(3) Motivasi responden untuk mau bekerjasama harus tinggi.
Motivasi responden merupakan tanggung jawab peneliti. Bagaimana cara mendorong responden mau menjawab dengan baik dan lengkap banyak ditentukan oleh pendekatan serta insentif yang diberikan oleh peneliti.
Teknik Wawancara
Lebih mudah membicarakan teknik wawancara dibanding dengan melaksanakannya. Kondisi lapangan yang sangat bervariasi, menyebabkan apa-apa yang seharusnya dilakukan oleh pewawancara menjadi kurang atau bahkan tidak terjadi. Pewawancara tidak sekedar harus mengerti apa yang seharusnya dilakukan, tetapi juga harus kreatif menangani persoalan yang muncul di lapangan. Tidak jarang responden memberikan respons yang tidak sesuai dengan harapan pewawancara. Tugas pewawancara tidak hanya bertanya, tetapi juga mendengarkan dengan seksama, merekam apa yang didengarnya, dan melakukan pertanyaan ulang dan mendalam jika diperlukan. Agar tugas-tugas tersebut dapat dilakukannya dengan baik, maka pewawancara harus melatih diri dan mempersiapkan proses wawancara sebaik mungkin. Di bawah ini disajikan tahapan-tahapan yang secara umum dilakukan oleh sebagian besar pewawancara pada saat mereka berupaya mencari informasi dari responden penelitiannya.
Pelatihan
Setiap interaksi yang berlangsung dalam situasi sosial yang berbeda mempunyai dampak psikologis yang berbeda pula. Artinya walau pewawancara sudah mempunyai pengalaman dalam mewawancarai responden, namun penyelenggaraan pelatihan buat pewawancara masih diperlukan. Sasaran yang ingin dicapai oleh pelatihan wawancara adalah memberikan bekal kepada pewawancara berbagai pengetahuan dan ketrampilan dalam melaksanakan wawancara yang sesuai dengan karakteristik penelitian. Soal waktu, tempat, dan hal-hal yang bersifat teknis proses pelatihan, sangat relatif. Yang bersifat prinsip adalah isi pelatihan itu sendiri. Beberapa butir isi pelatihan yang umumnya disarankan adalah :
1. Penjelasan tentang tujuan dan kegunaan penelitian
2. Penjelasan tentang karakteristik (umum) responden yang akan diwawancarai. Usia, jenis kelamin, pendidikan, budaya, kondisi ekonomi, status sosial, dan lain sebagainya
3. Penjelasan peran apa yang harus dibawakan oleh pewawancara
4. Penjelasan tentang konsep penelitian
5. Penjelasan tentang butir-butir pertanyaan yang akan diajukan (maksud pertanyaan tersebut apa?)
6. Penjelasan tentang cara pencatatan, perekaman jawaban responden
7. Penjelasan tentang cara “probing”
8. Penjelasan tentang cara pengisian dan arti semua tanda yang ada dalam daftar pertanyaan
9. Prosedur wawancara, mulai dari memperkenalkan diri sampai dengan menutup wawancara.
10. Antisipasi menghadapi masalah yang tidak diinginkan
11. Latihan praktek wawancara di dalam kelas dan di lapangan (cari yang telah dikenal responden)
12. Diskusi tentang hasil latihan praktek wawancara.
Di samping isi pelatihan, kualifikasi pewawancara juga harus diperhatikan. Pada saat seleksi calon pewawancara hendaknya dipilih mereka yang memiliki “good communication skills dan tingkat toleransi akan perubahan waktu, dan juga penuh kesabaran.
Meningkatkan penerimaan responden
Sasaran awal yang harus bisa dicapai oleh pewawancara adalah terbangunnya hubungan yang akrab dengan responden. Menurut Cooper dan Emory (1995) ada tiga hal yang bisa meningkatkan penerimaan responden dalam wawancara
1. Upayakan agar responden percaya bahwa pengalaman yang segera akan terjadi, menyenangkan dan memuaskan dirinya. Umumnya responden mau dengan terbuka menyatakan pendapatnya dan juga bekerjasama jika pewawancara menunjukan perilaku yang bisa dipercaya. Misalnya,jika proses wawancara akan direkam melalui “tape recorder” sebaiknya minta persetujuan responden. Atau jika responden minta identitasnya tidak disebutkan dalam laporan, pewawancara harus bisa memberikan jaminan.
2. Upayakan responden merasa bahwa wawancara yang berlangsung dengan dirinya memang sangat berguna. Untuk itu pewawancara harus bisa menjelaskan dengan baik maksud dan kegunaan penelitian itu, tidak hanya bagi diri peneliti, tetapi juga bagi pihak-pihak lain termasuk mungkin si responden tersebut.
3. Upayakan agar responden memiliki rasa aman dan nyaman. Responden seringkali curiga terhadap pewawancara. Sehingga dalam menjawab pertanyaan, mereka ekstra hati-hati. Pewawancara harus bisa memberi jaminan bahwa jawaban responden tidak membuat dirinya menjadi terancam, atau hal lain yang sejenis.
Mengajukan pertanyaan
Ajukan pertanyaan sesuai dengan pedoman wawancara (interview schedules), jika ingin memperoleh jawaban yang lebih mendalam, lakukan “probing”. Walau sudah ada pedoman wawancara, jika terpaksa pewawancara dapat menambah pertanyaan lain yang dianggap penting. Jika ada pertanyaan yang seharusnya ditanyakan, tetapi sudah terjawab (dalam jawaban atas pertanyaan lain atau berdasarkan pengamatan), maka lewatkan saja. Upayakan suasana wawancara tidak seperti interogasi. Komunikasi dua arah sebaiknya diciptakan. Kadang jawaban responden tidak sesuai dengan apa yang ditanyakan. Sebelum “ke mana-mana”, seharusnya pewawancara memperjelas pertanyaan tadi dengan kata-kata/bahasa/susunan kalimat yang lain yang diperkirakan lebih bisa dipahami. Jika responden tidak mau menjawab satu pertanyaan tertentu, sebaiknya tidak dipaksa. Alihkan dahulu ke pertanyaan lain dan pada akhir wawancara boleh dicoba dengan cara lain mengajukan pertanyaan yang belum dijawabnya.
Merekam jawaban responden
Perlu diingat benar oleh pewawancara bahwa wawancara dengan seorang responden hanya dilakukan satu kali. Artinya pewawancara harus benar-benar bisa merekam jawaban responden dengan baik (benar dan lengkap). Paling ideal, seorang pewawancara dibantu oleh orang lain yang tugasnya adalah merekam jawaban responden. Jika tidak mungkin upayakan jawaban responden direkam melalui alat perekam elektronik (tape recorder). Apabila kedua hal tersebut tidak mungkin dilakukan maka pewawancara harus mampu merekam sendiri jawaban responden.
Umumnya, biarkan responden menjawab pertanyaan, dan pewawancara segera mencatat semua yang dikatakannya. Apabila ada kata atau kalimat yang kurang jelas maka pewawancara dapat meminta responden menjelaskan ulang kata atau kalimat tadi. Agar jawaban yang direkam relatif lengkap upayakan pewawancara memiliki singkatan-singkatan, atau tanda-tanda baca lainnya yang tertentu yang dimengertinya. Untuk meyakinkan apakah yang dicatat benar atau sesuai dengan apa yang dimaksud oleh responden, tidak ada salahnya intisari jawaban responden dikatakan ulang oleh pewawancara.
Mengakhiri wawancara
Walau pewawancara sadar bahwa wawancara hanya dilakukan satu kali, namun untuk menjaga kemungkinan negatif, sebaiknya diakhir wawancara, pewawancara harus memberi kesan bahwa dia masih ingin melakukan pembicaraan lagi. Dengan demikian, agar pewawancara dapat diterima kembali maka akhir dari suatu wawancara haruslah baik pula.
Wawancara melalui telepon
Jika jumlah pertanyaan tidak banyak dan hanya memerlukan jawaban pendek, wawancara melalui telepon dapat dilakukan. Data yang diambil dengan cara ini memang lebih cepat diperoleh. Dalam satu hari, jika pewawancara sudah memperoleh seluruh nomor telepon responden maka paling tidak 50 responden dapat dihubungi. Kelemahan utama cara ini adalah keengganan responden untuk menjawab karena dia belum mengenal / melihat diri pewawancara, karena berdasarkan satu penelitian ternyata “response rate”nya lebih rendah ketimbang “face-to-face interview” (Cooper, 1995)
Dari berbagai tulisan yang disusun oleh pakar tersebut maka dapat dimaknakan bahwa survai boleh disebut sebagai satu bentuk penelitian yang respondennya adalah manusia; dan untuk bisa memperoleh informasi daripadanya maka perlu disusun satu instrumen penelitian yaitu kuesioner (daftar pertanyaan) dan atau pedoman wawancara (interview guide). Dengan demikian penggunaan istilah survai tidak tepat jika pada waktu mencari data, peneliti tidak bertanya (secara tertulis maupun lisan) kepada responden. Oleh karena itu dalam beberapa buku tentang metode penelitian, survai dibahas dalam topik teknik pengumpulan data, karena titik tekan kata “survey” adalah pada cara perolehan data.
Ciri-ciri Survai
Di bawah ini disajikan beberapa karakteristik penelitian yang bentuknya survai . (Nan Lin, 1976).
Pertama : Melibatkan sampel yang mampu mewakili populasi. Jadi teknik pengambilan sampelnya harus sampling probabilistic (sampel acak). Survai yang dilakukan terhadap populasi dinamakan sensus.
Kedua : Informasi yang dikumpulkan berasal langsung dari responden. Responden dapat menyatakan langsung pandangannya berdasarkan pertanyaan tertulis yang diberikan kepadanya (kuesioner), atau juga berdasarkan pertanyaan lisan (wawancara).
Ketiga : Karena sampel harus representatif (mewakili populasi), maka ukuran sampelnya relatif banyak (sebanding dengan populasi), dibandingkan dengan metode lainnya.
Keempat : Penarikan data dilakukan dalam tatanan yang natural, apa adanya, sesuai dengan kondisi sebenarnya. Responden harus tidak boleh mengemukakan tanggapannya dalam lingkungan asing yang tidak nyaman, atau akrab dengan dirinya. Misalnya, kuesioner diisi di ruang khusus. Biasanya peneliti datang ke tempat kerja atau ke rumah responden.
Karena karakterisik yang demikian tadi, di mana melalui survai memungkinkan peneliti melingkup wilayah yang lebih luas, maka banyak penelitian sosial menggunakan metode ini. Pada dasarnya ada dua bentuk penelitian survai yaitu survai dengan cara wawancara, dan survai dengan cara memberikan daftar pertanyaan (kuesioner).
Prinsip penyusunan pertanyaan
Kata kunci survai adalah “bertanya”. Artinya kalau kita mengadakan penelitian di mana datanya diperoleh dari hasil pertanyaan yang kita ajukan, maka penelitian tersebut sudah bisa dimamakan survai. Agar pertanyaan yang diajukan kepada responden bisa menghasilkan jawaban yang berguna bagi penelitian maka ada beberapa prinsip yang perlu dikuasai dan dilaksanakan oleh seorang peneliti.
1. Kuasai konsep penelitian. Hal ini sangat penting karena tanpa penguasaan konsep penelitiannya, maka besar kemungkinan peneliti akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak relevan. Seorang peneliti yang ingin meneliti tingkat produktivitas , dia harus benar-benar mengerti konsep “produktivitas”. Demikian pula jika dia ingin meneliti bauran pemasaran maka penguasaan konsep “bauran pemasaran” merupakan syarat yang tidak dapat ditawar (conditio sine qua non).
Sumber penguasaan konsep adalah informasi-informasi yang berasal dari buku-buku teks, jurnal-jurnal ilmiah, yang secara khusus membahas konsep tersebut. Agar penguasaannya cukup komprehensif, disarankan kepada peneliti untuk mempelajari konsep penelitiannya tidak hanya dari satu atau dua sumber, melainkan dari banyak sumber sehingga konsep penelitiannya memperoleh dukungan akademik yang memadai.
Catatan : Ada beberapa penulis yang membedakan kata “concept” dengan “construct”. Menurutnya concept untuk sesuatu yang kongkret, misalnya “upah”, “usia”, “pohon”. “rumah” dsb. sedangkan construct untuk sesuatu yang abstrak misalnya “motivasi”, kepuasan”, “haus”, “belajar”, “citra”, “budaya” dsb.
2. Tetapkan variabel utama penelitian Yang dimaksud adalah variabel utama pada dasarnya adalah konsep utama penelitian.. Konsep tadi bisa disebut variabel jika mempunyai nilai yang bervariasi. Jenis kelamin disebut variabel karena ada dua variasi yaitu laki-laki dan perempuan. Usia bisa disebut variabel karena ada yang berusia 12 tahun, 19 tahun dst. Lajimnya, variabel utama penelitian secara eksplisit tertulis dalam judul penelitian. Misalnya judul penelitian adalah “pengaruh upah terhadap kinerja”, maka variabel utama adalah “upah” dan “kinerja”. Besarnya upah bervariasi, demikian pula kinerja pegawai.
3. Tetapkan variabel pendukung. Yaitu variabel lain di luar variabel utama yang oleh peneliti dianggap sebagai sesuatu hal yang dapat mendukung analisis hasil penelitiannya. Misalnya, penelitian tentang kepuasan kerja dapat memasukan variabel jenis kelamin dan usia jika kedua variabel tambahan tadi dianggap bisa mendukung atau penting bagi analisis hasil penelitian. Jika peneliti menduga bahwa pegawai wanita mempunyai tingkat kepuasan yang lebih rendah dibanding pegawai laki-laki, maka konsekuensinya adalah menambahkan variabel jenis kelamin ke dalam rancangan penelitiannya. Jumlah variabel pendukung sebaiknya dibatasi karena akan berakibat pada biaya (dana, waktu, tenaga ). Jika memang tidak penting sebaiknya jangan dimunculkan.
4. Susun definisi operasional variabel penelitian. Kegiatan ini sangat penting jika analisis penelitian dilakukan secara kuantitatif. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengurangi tingkat “keabstrakan” suatu konstrak sehingga bisa dilakukan pengukuran. Misalkan. “haus” diukur dengan jumlah air yang diminum; motivasi belajar diukur dengan jumlah jam membaca buku pelajaran. Makin abstrak variabel penelitiannya makin sulit dioperasionalisasikannya. Penelitian dalam bidang kebudayaan, filsafat, dan humaniora, lebih sering menggunakan analisis kualitatif antara lain disebabkan oleh sulitnya memberikan definisi operasional pada variabel-variabel penelitiannya.
Survai melalui wawancara
Wawancara adalah teknik pengambilan data melalui pertanyaan yang diajukan secara lisan kepada responden. Umumnya teknik pengambilan data dengan cara ini dilakukan jika peneliti bermaksud melakukan analisis kualitatif atas penelitiannya. Wawancara bisa dilakukan secara tatap muka di antara peneliti dengan responden dan bisa juga melalui telepon . Di bawah ini digambarkan sebuah model yang menggambarkan berbagai variable yang mempengaruhi proses wawancara.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI DALAM WAWANCARA TATAP (DIMODIFIKASI)
Sumber : Warwick, Donald P. and Lininger, Charles A, The Sample Survey : Theory and Practice, New York, Mc.Graw-Hill, 1975. Dalam “Teknik Wawancara”, Irawati Singarimbun, Metode Penelitian Survai, Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, LP3ES, Jakarta, 1989.
Agar memudahkan penjelasannya, model tersebut di atas tidak seratus persen dicontoh sama dengan sumber aslinya. Intinya, komunikasi dua arah di antara pewawancara dengan responden, di samping dipengaruhi oleh karakteristik dan kemampuan masing-masing pihak, di pengaruhi juga oleh variable lain, yaitu situasi di mana wawancara berlangsung dan isi pertanyaan. Misalnya, kalau pewawancara kemampuan berkomunikasinya kurang baik dan juga belum mengikuti pelatihan wawancara, respondennya tidak bisa baca tulis, maka bisa terjadi situasi yang disebut dengan istilah :”communication break-down”. Apalagi jika di ruang wawancara ada bapak Camat , lalu pertanyaannya tentang kebijakan kantor kecamatan dalam mendorong partisipasi masyarakat. Hasilnya sudah bisa diduga kira-kira bagaimana.
Kekuatan dan Kelemahan Wawancara
Bailey ( 1978) dalam bukunya Methods of Social Research menguraikan berbagai kekuatan dan kelemahan wawancara dalam suatu penelitian. Pertama adalah kekuatannya, yang terdiri atas :
1. Flexibility . Pewancara dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi yang dihadapi pada saat itu. Jika dia menginginkan informasi yang mendalam maka dapat melakukan “probing”. Demikian pula jika ingin memperoleh informasi tambahan, maka dia dapat mengajukan pertanyaan tambahan. Bahkan jika sebuah pertanyaan dianggap kurang tepat ditanyakan pada saat itu, dia bisa menundanya.
2. Response rate . Maknanya, wawancara cenderung ditanggapi secara lebih baik dibandingkan dengan kuesioner yang diposkan. Responden yang tidak mampu menulis atau membaca tetap bisa menjawab pertanyaan, demikian pula mereka yang malas menulis. Banyak responden yang lebih menyukai mengeluarkan pandangannya secara lisan daripada tulisan.
3. Nonverbal behavior. Pewawancara dapat mengobservasi perilaku nonverbal, Misalnya rasa suka, rasa tidak suka, atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan dan dijawab oleh responden.
4. Control over environment : Pewawancara dapat mengatur lingkungan di mana wawancara dilakukan, misalnya di ruangan tersendiri, atau tanpa kehadiran orang lain. Hal ini mencegah terjadinya jawaban yang diintervensi pihak lain.
5. Question order. Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga responden dapat memahami maksud penelitian secara lebih baik. Hal ini juga dapat menjamin pertanyaan dapat terjawab semuanya, kecuali memang respondennya tidak bersedia menjawabnya.
6. Spontaneity. Pewawancara dapat merekam jawaban-jawaban yang spontan. Dalam hal tertentu jawaban spontan bisa lebih jujur dan informative, kurang normative.
7. Respondent alone can answer. Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh responden yang telah kita tetapkan.
8. Completeness. Pewawancara dapat memperoleh jawaban atas seluruh pertanyaan yang diajukan.
9. Time of interview. Pewawancara dapat menyusun jadwal wawancara yang relatif pasti. Kapan, di mana, sehingga data yang diperoleh tidak keluar dari rancangan penelitian.
10. Greater complexity of questionnaire. Kuesioner umumnya berisikan pertanyaan yang mudah dijawab oleh responden. Melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang rumit dan mendetail.
Kelemahan :
1. Cost. Biaya supervisi lapangan, biaya latihan pewawancara, biaya perjalanan serta pemondokan, imbalan bagi responden, dan lain sebagainya Di Amerika dan Eropa khususnya, biaya yang harus dikeluarkan untuk seorang responden bisa sampai dengan 100 dolar pada tahun 1995 (Cooper dan Emory). Artinya kalau respondennya 100 orang peneliti harus menyediakan uang sekitar 75 juta rupiah. Di Indonesia belum ada tarif yang bisa diterima umum ketika seorang peneliti mewawancarai responden
2. Time. Waktu wawancara tidak dapat dilakukan kapan saja. Kadang responden hanya punya waktu sedikit, sehingga untuk menjawab seluruh pertanyaan diperlukan beberapa kali wawancara. Berdasarkan pengalaman, penelitian yang sampelnya banyak dan secara geografis berbeda domisilinya, bisa memakan waktu sekitar enam bulan .
3. Interview bias. Walau telah dilakukan tatap muka, namun kesalahan bertanya dan juga kesalahan mentafsirkan jawaban, masih bisa terjadi. Sering terjadi atribut (jenis kelamin, etnik, status sosial, jabatan, usia, pakaian, penampilan fisik, dsb) responden dan juga pewawancara mempengaruhi jawaban.
4. Inconvenience.. Karena kesibukan atau alasan lainnya, tidak sedikit responden mau diwawancarai. Namjun, karena sudah janji, responden tetap mau menjawab pertanyaan walau dalam kondisi tertekan, sakit, atau mengalami gangguan lainnya. Dan hal tersebut berpengaruh pada kualitas jawaban Berdasarkan banyak penelitian di bidang manajemen sumber daya manusia, pimpinan perusahaan lebih sering melarang peneliti mewawancari pegawainya. Kalau wawancara dilakukan di rumah juga sama. Mungkin mereka tidak punya waktu atau bisa juga karena mereka takut didatangi oleh orang asing.
5. Less anonymity. Dibanding melalui kuesioner, melalui wawancara responden sulit menyembunyikan identitas dirinya . Artinya pewawancara bisa dipandang mempunyai potensi yang bisa mengancam dirinya, sehingga jawaban harus dilakukan secara ekstra hati-hati. Apalagi jika jawabannya direkam melalui pita perekam.
6. Less standardized question wording. Pertanyaan sering kali kurang baku. Responden yang berbeda bisa ditanyakan dengan kalimat yang berbeda bahkan isinya berbeda pula. Fleksibilitas ternyata bisa merupakan kekuatan namun dapat pula merupakan kelemahan tenik wawancara.
Syarat utama wawancara agar berhasil
(1) Tersedianya informasi yang diperlukan dalam diri responden Peneliti harus mempunyai informasi lengkap tentang diri responden. Artinya apakah responden yang akan diwawancarainya mempunyai informasi yang ingin diperoleh peneliti. Ada istilah yang populer yaitu bahwa responden yang akan diwawancarai harus yang “rich information”
(2) Responden harus benar-benar mengerti apa yang harus dilakukannya. Untuk itu maka peneliti harus dapat menjelaskan bagaimana seharusnya responden menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya. Peneliti boleh saja memberikan pelatihan singkat kepada responden.
(3) Motivasi responden untuk mau bekerjasama harus tinggi.
Motivasi responden merupakan tanggung jawab peneliti. Bagaimana cara mendorong responden mau menjawab dengan baik dan lengkap banyak ditentukan oleh pendekatan serta insentif yang diberikan oleh peneliti.
Teknik Wawancara
Lebih mudah membicarakan teknik wawancara dibanding dengan melaksanakannya. Kondisi lapangan yang sangat bervariasi, menyebabkan apa-apa yang seharusnya dilakukan oleh pewawancara menjadi kurang atau bahkan tidak terjadi. Pewawancara tidak sekedar harus mengerti apa yang seharusnya dilakukan, tetapi juga harus kreatif menangani persoalan yang muncul di lapangan. Tidak jarang responden memberikan respons yang tidak sesuai dengan harapan pewawancara. Tugas pewawancara tidak hanya bertanya, tetapi juga mendengarkan dengan seksama, merekam apa yang didengarnya, dan melakukan pertanyaan ulang dan mendalam jika diperlukan. Agar tugas-tugas tersebut dapat dilakukannya dengan baik, maka pewawancara harus melatih diri dan mempersiapkan proses wawancara sebaik mungkin. Di bawah ini disajikan tahapan-tahapan yang secara umum dilakukan oleh sebagian besar pewawancara pada saat mereka berupaya mencari informasi dari responden penelitiannya.
Pelatihan
Setiap interaksi yang berlangsung dalam situasi sosial yang berbeda mempunyai dampak psikologis yang berbeda pula. Artinya walau pewawancara sudah mempunyai pengalaman dalam mewawancarai responden, namun penyelenggaraan pelatihan buat pewawancara masih diperlukan. Sasaran yang ingin dicapai oleh pelatihan wawancara adalah memberikan bekal kepada pewawancara berbagai pengetahuan dan ketrampilan dalam melaksanakan wawancara yang sesuai dengan karakteristik penelitian. Soal waktu, tempat, dan hal-hal yang bersifat teknis proses pelatihan, sangat relatif. Yang bersifat prinsip adalah isi pelatihan itu sendiri. Beberapa butir isi pelatihan yang umumnya disarankan adalah :
1. Penjelasan tentang tujuan dan kegunaan penelitian
2. Penjelasan tentang karakteristik (umum) responden yang akan diwawancarai. Usia, jenis kelamin, pendidikan, budaya, kondisi ekonomi, status sosial, dan lain sebagainya
3. Penjelasan peran apa yang harus dibawakan oleh pewawancara
4. Penjelasan tentang konsep penelitian
5. Penjelasan tentang butir-butir pertanyaan yang akan diajukan (maksud pertanyaan tersebut apa?)
6. Penjelasan tentang cara pencatatan, perekaman jawaban responden
7. Penjelasan tentang cara “probing”
8. Penjelasan tentang cara pengisian dan arti semua tanda yang ada dalam daftar pertanyaan
9. Prosedur wawancara, mulai dari memperkenalkan diri sampai dengan menutup wawancara.
10. Antisipasi menghadapi masalah yang tidak diinginkan
11. Latihan praktek wawancara di dalam kelas dan di lapangan (cari yang telah dikenal responden)
12. Diskusi tentang hasil latihan praktek wawancara.
Di samping isi pelatihan, kualifikasi pewawancara juga harus diperhatikan. Pada saat seleksi calon pewawancara hendaknya dipilih mereka yang memiliki “good communication skills dan tingkat toleransi akan perubahan waktu, dan juga penuh kesabaran.
Meningkatkan penerimaan responden
Sasaran awal yang harus bisa dicapai oleh pewawancara adalah terbangunnya hubungan yang akrab dengan responden. Menurut Cooper dan Emory (1995) ada tiga hal yang bisa meningkatkan penerimaan responden dalam wawancara
1. Upayakan agar responden percaya bahwa pengalaman yang segera akan terjadi, menyenangkan dan memuaskan dirinya. Umumnya responden mau dengan terbuka menyatakan pendapatnya dan juga bekerjasama jika pewawancara menunjukan perilaku yang bisa dipercaya. Misalnya,jika proses wawancara akan direkam melalui “tape recorder” sebaiknya minta persetujuan responden. Atau jika responden minta identitasnya tidak disebutkan dalam laporan, pewawancara harus bisa memberikan jaminan.
2. Upayakan responden merasa bahwa wawancara yang berlangsung dengan dirinya memang sangat berguna. Untuk itu pewawancara harus bisa menjelaskan dengan baik maksud dan kegunaan penelitian itu, tidak hanya bagi diri peneliti, tetapi juga bagi pihak-pihak lain termasuk mungkin si responden tersebut.
3. Upayakan agar responden memiliki rasa aman dan nyaman. Responden seringkali curiga terhadap pewawancara. Sehingga dalam menjawab pertanyaan, mereka ekstra hati-hati. Pewawancara harus bisa memberi jaminan bahwa jawaban responden tidak membuat dirinya menjadi terancam, atau hal lain yang sejenis.
Mengajukan pertanyaan
Ajukan pertanyaan sesuai dengan pedoman wawancara (interview schedules), jika ingin memperoleh jawaban yang lebih mendalam, lakukan “probing”. Walau sudah ada pedoman wawancara, jika terpaksa pewawancara dapat menambah pertanyaan lain yang dianggap penting. Jika ada pertanyaan yang seharusnya ditanyakan, tetapi sudah terjawab (dalam jawaban atas pertanyaan lain atau berdasarkan pengamatan), maka lewatkan saja. Upayakan suasana wawancara tidak seperti interogasi. Komunikasi dua arah sebaiknya diciptakan. Kadang jawaban responden tidak sesuai dengan apa yang ditanyakan. Sebelum “ke mana-mana”, seharusnya pewawancara memperjelas pertanyaan tadi dengan kata-kata/bahasa/susunan kalimat yang lain yang diperkirakan lebih bisa dipahami. Jika responden tidak mau menjawab satu pertanyaan tertentu, sebaiknya tidak dipaksa. Alihkan dahulu ke pertanyaan lain dan pada akhir wawancara boleh dicoba dengan cara lain mengajukan pertanyaan yang belum dijawabnya.
Merekam jawaban responden
Perlu diingat benar oleh pewawancara bahwa wawancara dengan seorang responden hanya dilakukan satu kali. Artinya pewawancara harus benar-benar bisa merekam jawaban responden dengan baik (benar dan lengkap). Paling ideal, seorang pewawancara dibantu oleh orang lain yang tugasnya adalah merekam jawaban responden. Jika tidak mungkin upayakan jawaban responden direkam melalui alat perekam elektronik (tape recorder). Apabila kedua hal tersebut tidak mungkin dilakukan maka pewawancara harus mampu merekam sendiri jawaban responden.
Umumnya, biarkan responden menjawab pertanyaan, dan pewawancara segera mencatat semua yang dikatakannya. Apabila ada kata atau kalimat yang kurang jelas maka pewawancara dapat meminta responden menjelaskan ulang kata atau kalimat tadi. Agar jawaban yang direkam relatif lengkap upayakan pewawancara memiliki singkatan-singkatan, atau tanda-tanda baca lainnya yang tertentu yang dimengertinya. Untuk meyakinkan apakah yang dicatat benar atau sesuai dengan apa yang dimaksud oleh responden, tidak ada salahnya intisari jawaban responden dikatakan ulang oleh pewawancara.
Mengakhiri wawancara
Walau pewawancara sadar bahwa wawancara hanya dilakukan satu kali, namun untuk menjaga kemungkinan negatif, sebaiknya diakhir wawancara, pewawancara harus memberi kesan bahwa dia masih ingin melakukan pembicaraan lagi. Dengan demikian, agar pewawancara dapat diterima kembali maka akhir dari suatu wawancara haruslah baik pula.
Wawancara melalui telepon
Jika jumlah pertanyaan tidak banyak dan hanya memerlukan jawaban pendek, wawancara melalui telepon dapat dilakukan. Data yang diambil dengan cara ini memang lebih cepat diperoleh. Dalam satu hari, jika pewawancara sudah memperoleh seluruh nomor telepon responden maka paling tidak 50 responden dapat dihubungi. Kelemahan utama cara ini adalah keengganan responden untuk menjawab karena dia belum mengenal / melihat diri pewawancara, karena berdasarkan satu penelitian ternyata “response rate”nya lebih rendah ketimbang “face-to-face interview” (Cooper, 1995)
Rabu, 21 Oktober 2009
JOB DESIGN
Apa itu "JOB DESIGN"?
Desain pekerjaan mengacu pada cara yang satu set tugas, atau seluruh pekerjaan, diorganisir. Desain pekerjaan membantu menentukan:
* Apa tugas selesai,
* Bagaimana tugas-tugas selesai,
* Berapa banyak tugas-tugas yang dilakukan, dan
* Dalam urutan bagaimana tugas-tugas selesai.
Ini memperhitungkan semua faktor yang mempengaruhi kerja, dan mengatur isi dan tugas-tugas sehingga seluruh pekerjaan kurang cenderung menjadi resiko kepada karyawan. Desain pekerjaan meliputi wilayah administratif seperti:
* Rotasi pekerjaan,
* Pekerjaan pembesaran,
* Tugas / mesin mondar-mandir,
* Kerja istirahat, dan
* Jam kerja.
Pekerjaan yang dirancang dengan baik akan mendorong berbagai 'baik' posisi tubuh, memiliki kekuatan akal persyaratan, memerlukan jumlah yang masuk akal aktivitas mental, dan membantu mendorong rasa pencapaian dan harga diri.
Bagaimana desain pekerjaan yang dapat membantu kerja organisasi?
Prinsip-prinsip desain pekerjaan dapat mengatasi masalah seperti:
* Kerja yang berlebihan,
* Kerja underload,
* Repetitiveness,
* Terbatas kontrol atas pekerjaan,
* Isolasi,
* Shiftwork,
* Penundaan dalam mengisi posisi yang kosong,
* Berlebihan jam kerja, dan
* Terbatasnya pemahaman seluruh proses pekerjaan.
Desain pekerjaan kadang-kadang dianggap sebagai cara untuk membantu mengatasi stres di tempat kerja. Lihat dokumen Jawaban OSH "Stres Tempat Kerja - Umum" untuk informasi lebih lanjut.
Apakah ada perbedaan antara desain pekerjaan dan tempat kerja desain?
Pekerjaan desain dan desain tempat kerja sering digunakan bergantian karena keduanya memberikan kontribusi untuk menjaga persyaratan fisik pekerjaan yang masuk akal.
Desain pekerjaan mengacu pada perubahan administratif yang dapat membantu meningkatkan kondisi kerja.
Sebagai perbandingan, berkonsentrasi pada desain tempat kerja berhubungan dengan workstation, peralatan, dan posisi tubuh bahwa semua mempengaruhi cara seseorang melakukan kerjanya. Desain tempat kerja yang baik mengurangi posisi statis dan berulang-ulang gerakan dan posisi tubuh canggung. Informasi lebih lanjut tentang desain kerja tersedia dalam Ergonomics - Human Factors bagian OSH Answers.
Apa fitur "baik" pekerjaan desain?
Baik desain menampung karyawan karakteristik fisik dan mental dengan memperhatikan:
* Otot energi seperti bekerja / istirahat atau langkah jadwal kerja, dan
* Energi mental seperti versus membosankan tugas yang sangat sulit.
Good job desain:
* Memungkinkan untuk masukan dari karyawan. Karyawan harus memiliki pilihan untuk kegiatan bervariasi sesuai dengan kebutuhan pribadi, kebiasaan kerja, dan keadaan di tempat kerja.
* Karyawan memberikan rasa keberhasilan.
* Termasuk pelatihan sehingga karyawan tahu apa tugas yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya dengan benar.
* Menyediakan pekerjaan baik / istirahat jadwal.
* Memungkinkan untuk periode penyesuaian untuk menuntut pekerjaan fisik.
* Memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang kinerja mereka.
* Meminimalkan pengeluaran energi dan persyaratan kekuatan.
* Keseimbangan statis dan dinamis bekerja.
Pekerjaan desain adalah proses yang berkelanjutan. Tujuannya adalah untuk melakukan penyesuaian kondisi atau tugas sebagai perubahan di dalam tempat kerja.
Apa pendekatan umum untuk pekerjaan desain?
Mencapai desain pekerjaan yang baik melibatkan praktek-praktek administratif yang menentukan apa karyawan tersebut, untuk berapa lama, di mana, dan kapan serta memberikan pilihan karyawan di mana pun memungkinkan. Dalam desain pekerjaan, Anda dapat memilih untuk memeriksa berbagai tugas individu desain pekerjaan atau sekelompok pekerjaan.
Pendekatan desain pekerjaan meliputi:
Job Pembesaran: Job perubahan pembesaran pekerjaan untuk memasukkan lebih banyak dan / atau tugas yang berbeda. Job pembesaran harus menambahkan minat untuk pekerjaan tetapi mungkin atau mungkin tidak memberikan lebih banyak tanggung jawab karyawan.
Job Rotation: Job rotasi karyawan bergerak dari satu tugas yang lain. Ini mendistribusikan tugas-tugas kelompok di antara sejumlah karyawan.
Job Enrichment: Job pengayaan memungkinkan karyawan untuk mengambil lebih banyak tanggung jawab, akuntabilitas, dan kemandirian ketika mempelajari tugas-tugas baru atau untuk memungkinkan partisipasi yang lebih besar dan kesempatan baru.
Work Design (Ayub Engineering): Kerja desain memungkinkan karyawan untuk melihat bagaimana metode kerja, tata letak dan menghubungkan bersama prosedur penanganan serta interaksi antara manusia dan mesin.
Apa tujuan keseluruhan kerja desain?
Tujuan dapat di banyak perbedaan daerah dan mencakup:
Tugas Ragam
Untuk mengurangi kebosanan, menghindari posisi tubuh statis yang berlebihan dan gerakan berulang-ulang. Desain pekerjaan untuk berbagai tugas yang memerlukan perubahan posisi tubuh, otot-otot yang digunakan, dan aktivitas mental.
Dua metode pembesaran dan pekerjaan pekerjaan rotasi. Sebagai contoh, jika seorang karyawan berkumpul biasanya bagian, pekerjaan dapat diperbesar sampai meliputi tugas-tugas baru seperti perencanaan kerja, inspeksi / kontrol kualitas, atau pemeliharaan. Atau, tugas-tugas mungkin termasuk bekerja di departemen yang sama, tetapi mengubah tugas setiap jam. Sebagai contoh, dalam sebuah fasilitas binatu karyawan dapat memutar antara berbagai stasiun (menyortir, mesin cuci, pengering, besi, dll) selama karena menyediakan untuk perubahan dalam pengeluaran fisik atau mental.
Kerja Breaks / Istirahat Breaks
Istirahat membantu meringankan masalah-masalah yang tidak dapat dihindarkan pengulangan gerakan atau posisi tubuh statis. Lebih sering tapi lebih pendek istirahat (kadang-kadang disebut "mikro istirahat") kadang-kadang lebih baik daripada lebih sedikit istirahat panjang.
Selama istirahat, mendorong karyawan untuk mengubah posisi tubuh dan berolahraga. Penting bahwa karyawan peregangan dan menggunakan kelompok otot yang berbeda. Jika karyawan telah sangat aktif, istirahat istirahat harus meliputi kegiatan atau peregangan stasioner.
Penyisihan untuk Periode Penyesuaian
Ketika pekerjaan menuntut upaya fisik, memiliki masa penyesuaian bagi karyawan baru dan untuk semua karyawan setelah liburan, PHK, atau penyakit. Luangkan waktu untuk menjadi terbiasa dengan tuntutan pekerjaan fisik secara bertahap, "mendapatkan dalam bentuk." Karyawan yang bekerja di ekstrim kondisi panas atau dingin juga perlu waktu untuk acclimatize.
Menyediakan Pelatihan
Pelatihan dalam prosedur kerja yang benar dan peralatan operasi yang diperlukan agar karyawan mengerti apa yang diharapkan dari mereka dan cara bekerja dengan aman. Pelatihan harus terorganisir, konsisten dan berkelanjutan. Mungkin terjadi dalam kelas atau di tempat kerja.
Kegiatan Mental Vary
Tugas harus dikoordinasikan sehingga mereka seimbang di siang hari bagi individu karyawan serta seimbang di antara sekelompok karyawan. Anda mungkin ingin membiarkan karyawan beberapa tingkat pilihan seperti apa jenis tugas mental yang ingin mereka lakukan dan kapan. Pilihan ini akan memungkinkan karyawan untuk melakukan tugas-tugas ketika paling cocok untuk mereka 'kewaspadaan' pola pada siang hari. Beberapa orang mungkin lebih suka tugas-tugas rutin di pagi hari (seperti daftar periksa atau mengisi formulir) dan menyimpan tugas-tugas seperti penyelesaian masalah sampai sore, atau sebaliknya.
Dapatkah saya menggunakan desain pekerjaan untuk tim?
Ya. Karena sebagian besar tugas-tugas tidak dilakukan dalam isolasi, desain pekerjaan yang sangat sering digunakan untuk sekelompok karyawan. Dalam beberapa kasus, tim dapat dibuat yang secara keseluruhan bertanggung jawab untuk tugas yang lebih besar atau mengatur tugas. Terserah kepada tim untuk memutuskan bagaimana pekerjaan akan diselesaikan, yang individu akan melakukan apa tugas, dan kapan. Dalam kebanyakan kasus, anggota tim akan memiliki banyak keterampilan yang memungkinkan mereka untuk berubah pekerjaan dari waktu ke waktu. Seperti halnya dengan desain pekerjaan individu, kesempatan tambahan seperti inspeksi / kontrol kualitas, pemeliharaan, dan tugas-tugas yang terkait seperti pasokan memesan sering ditugaskan ke tim di samping tugas-tugas rutin mereka.
Langkah-langkah apa yang harus saya ambil ketika melakukan pekerjaan proyek desain?
Meskipun ada banyak cara untuk melakukan pekerjaan desain, tahap berikut adalah penting:
Melakukan penilaian praktik kerja saat ini.
Apakah desain pekerjaan dibutuhkan atau layak? Diskusikan proses dengan karyawan dan pengawas yang terlibat dan menjadi jelas tentang proses, atau setiap perubahan atau pelatihan yang akan terlibat.
Melakukan analisis tugas.
Memeriksa pekerjaan dan menentukan dengan pasti apa tugas-tugas. Pertimbangkan apa fitur peralatan dan workstation penting untuk menyelesaikan tugas. Mengidentifikasi masalah.
Desain pekerjaan.
Mengidentifikasi metode-metode untuk melakukan kerja, kerja / istirahat jadwal, persyaratan pelatihan, peralatan dan tempat kerja dibutuhkan perubahan. Mengkoordinasikan tugas yang berbeda sehingga masing-masing bervariasi aktivitas mental dan posisi tubuh. Berhati-hatilah untuk tidak di bawah atau kelebihan beban pekerjaan.
Menerapkan desain pekerjaan baru secara bertahap.
Anda mungkin ingin memulai dalam skala kecil atau dengan proyek percontohan. Melatih karyawan dalam prosedur baru dan penggunaan peralatan. Memungkinkan untuk periode penyesuaian dan waktu untuk memperoleh pengalaman dengan desain pekerjaan baru.
Re-desain pekerjaan mengevaluasi secara terus menerus.
Membuat penyesuaian yang diperlukan.
Anda mungkin juga ingin membentuk sebuah komite untuk mewakili berbagai kelompok yang terlibat. Job design harus melibatkan karyawan, serikat pekerja, kesehatan dan keselamatan panitia dan manajer selama seluruh proses. Partisipasi semua pihak meningkatkan komunikasi dan pengertian.
Menjadi jelas bahwa tujuan dari desain pekerjaan ini adalah untuk memperkuat operasi dan tenaga kerja, bukan untuk menghilangkan set pekerjaan atau keterampilan.
Desain pekerjaan mengacu pada cara yang satu set tugas, atau seluruh pekerjaan, diorganisir. Desain pekerjaan membantu menentukan:
* Apa tugas selesai,
* Bagaimana tugas-tugas selesai,
* Berapa banyak tugas-tugas yang dilakukan, dan
* Dalam urutan bagaimana tugas-tugas selesai.
Ini memperhitungkan semua faktor yang mempengaruhi kerja, dan mengatur isi dan tugas-tugas sehingga seluruh pekerjaan kurang cenderung menjadi resiko kepada karyawan. Desain pekerjaan meliputi wilayah administratif seperti:
* Rotasi pekerjaan,
* Pekerjaan pembesaran,
* Tugas / mesin mondar-mandir,
* Kerja istirahat, dan
* Jam kerja.
Pekerjaan yang dirancang dengan baik akan mendorong berbagai 'baik' posisi tubuh, memiliki kekuatan akal persyaratan, memerlukan jumlah yang masuk akal aktivitas mental, dan membantu mendorong rasa pencapaian dan harga diri.
Bagaimana desain pekerjaan yang dapat membantu kerja organisasi?
Prinsip-prinsip desain pekerjaan dapat mengatasi masalah seperti:
* Kerja yang berlebihan,
* Kerja underload,
* Repetitiveness,
* Terbatas kontrol atas pekerjaan,
* Isolasi,
* Shiftwork,
* Penundaan dalam mengisi posisi yang kosong,
* Berlebihan jam kerja, dan
* Terbatasnya pemahaman seluruh proses pekerjaan.
Desain pekerjaan kadang-kadang dianggap sebagai cara untuk membantu mengatasi stres di tempat kerja. Lihat dokumen Jawaban OSH "Stres Tempat Kerja - Umum" untuk informasi lebih lanjut.
Apakah ada perbedaan antara desain pekerjaan dan tempat kerja desain?
Pekerjaan desain dan desain tempat kerja sering digunakan bergantian karena keduanya memberikan kontribusi untuk menjaga persyaratan fisik pekerjaan yang masuk akal.
Desain pekerjaan mengacu pada perubahan administratif yang dapat membantu meningkatkan kondisi kerja.
Sebagai perbandingan, berkonsentrasi pada desain tempat kerja berhubungan dengan workstation, peralatan, dan posisi tubuh bahwa semua mempengaruhi cara seseorang melakukan kerjanya. Desain tempat kerja yang baik mengurangi posisi statis dan berulang-ulang gerakan dan posisi tubuh canggung. Informasi lebih lanjut tentang desain kerja tersedia dalam Ergonomics - Human Factors bagian OSH Answers.
Apa fitur "baik" pekerjaan desain?
Baik desain menampung karyawan karakteristik fisik dan mental dengan memperhatikan:
* Otot energi seperti bekerja / istirahat atau langkah jadwal kerja, dan
* Energi mental seperti versus membosankan tugas yang sangat sulit.
Good job desain:
* Memungkinkan untuk masukan dari karyawan. Karyawan harus memiliki pilihan untuk kegiatan bervariasi sesuai dengan kebutuhan pribadi, kebiasaan kerja, dan keadaan di tempat kerja.
* Karyawan memberikan rasa keberhasilan.
* Termasuk pelatihan sehingga karyawan tahu apa tugas yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya dengan benar.
* Menyediakan pekerjaan baik / istirahat jadwal.
* Memungkinkan untuk periode penyesuaian untuk menuntut pekerjaan fisik.
* Memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang kinerja mereka.
* Meminimalkan pengeluaran energi dan persyaratan kekuatan.
* Keseimbangan statis dan dinamis bekerja.
Pekerjaan desain adalah proses yang berkelanjutan. Tujuannya adalah untuk melakukan penyesuaian kondisi atau tugas sebagai perubahan di dalam tempat kerja.
Apa pendekatan umum untuk pekerjaan desain?
Mencapai desain pekerjaan yang baik melibatkan praktek-praktek administratif yang menentukan apa karyawan tersebut, untuk berapa lama, di mana, dan kapan serta memberikan pilihan karyawan di mana pun memungkinkan. Dalam desain pekerjaan, Anda dapat memilih untuk memeriksa berbagai tugas individu desain pekerjaan atau sekelompok pekerjaan.
Pendekatan desain pekerjaan meliputi:
Job Pembesaran: Job perubahan pembesaran pekerjaan untuk memasukkan lebih banyak dan / atau tugas yang berbeda. Job pembesaran harus menambahkan minat untuk pekerjaan tetapi mungkin atau mungkin tidak memberikan lebih banyak tanggung jawab karyawan.
Job Rotation: Job rotasi karyawan bergerak dari satu tugas yang lain. Ini mendistribusikan tugas-tugas kelompok di antara sejumlah karyawan.
Job Enrichment: Job pengayaan memungkinkan karyawan untuk mengambil lebih banyak tanggung jawab, akuntabilitas, dan kemandirian ketika mempelajari tugas-tugas baru atau untuk memungkinkan partisipasi yang lebih besar dan kesempatan baru.
Work Design (Ayub Engineering): Kerja desain memungkinkan karyawan untuk melihat bagaimana metode kerja, tata letak dan menghubungkan bersama prosedur penanganan serta interaksi antara manusia dan mesin.
Apa tujuan keseluruhan kerja desain?
Tujuan dapat di banyak perbedaan daerah dan mencakup:
Tugas Ragam
Untuk mengurangi kebosanan, menghindari posisi tubuh statis yang berlebihan dan gerakan berulang-ulang. Desain pekerjaan untuk berbagai tugas yang memerlukan perubahan posisi tubuh, otot-otot yang digunakan, dan aktivitas mental.
Dua metode pembesaran dan pekerjaan pekerjaan rotasi. Sebagai contoh, jika seorang karyawan berkumpul biasanya bagian, pekerjaan dapat diperbesar sampai meliputi tugas-tugas baru seperti perencanaan kerja, inspeksi / kontrol kualitas, atau pemeliharaan. Atau, tugas-tugas mungkin termasuk bekerja di departemen yang sama, tetapi mengubah tugas setiap jam. Sebagai contoh, dalam sebuah fasilitas binatu karyawan dapat memutar antara berbagai stasiun (menyortir, mesin cuci, pengering, besi, dll) selama karena menyediakan untuk perubahan dalam pengeluaran fisik atau mental.
Kerja Breaks / Istirahat Breaks
Istirahat membantu meringankan masalah-masalah yang tidak dapat dihindarkan pengulangan gerakan atau posisi tubuh statis. Lebih sering tapi lebih pendek istirahat (kadang-kadang disebut "mikro istirahat") kadang-kadang lebih baik daripada lebih sedikit istirahat panjang.
Selama istirahat, mendorong karyawan untuk mengubah posisi tubuh dan berolahraga. Penting bahwa karyawan peregangan dan menggunakan kelompok otot yang berbeda. Jika karyawan telah sangat aktif, istirahat istirahat harus meliputi kegiatan atau peregangan stasioner.
Penyisihan untuk Periode Penyesuaian
Ketika pekerjaan menuntut upaya fisik, memiliki masa penyesuaian bagi karyawan baru dan untuk semua karyawan setelah liburan, PHK, atau penyakit. Luangkan waktu untuk menjadi terbiasa dengan tuntutan pekerjaan fisik secara bertahap, "mendapatkan dalam bentuk." Karyawan yang bekerja di ekstrim kondisi panas atau dingin juga perlu waktu untuk acclimatize.
Menyediakan Pelatihan
Pelatihan dalam prosedur kerja yang benar dan peralatan operasi yang diperlukan agar karyawan mengerti apa yang diharapkan dari mereka dan cara bekerja dengan aman. Pelatihan harus terorganisir, konsisten dan berkelanjutan. Mungkin terjadi dalam kelas atau di tempat kerja.
Kegiatan Mental Vary
Tugas harus dikoordinasikan sehingga mereka seimbang di siang hari bagi individu karyawan serta seimbang di antara sekelompok karyawan. Anda mungkin ingin membiarkan karyawan beberapa tingkat pilihan seperti apa jenis tugas mental yang ingin mereka lakukan dan kapan. Pilihan ini akan memungkinkan karyawan untuk melakukan tugas-tugas ketika paling cocok untuk mereka 'kewaspadaan' pola pada siang hari. Beberapa orang mungkin lebih suka tugas-tugas rutin di pagi hari (seperti daftar periksa atau mengisi formulir) dan menyimpan tugas-tugas seperti penyelesaian masalah sampai sore, atau sebaliknya.
Dapatkah saya menggunakan desain pekerjaan untuk tim?
Ya. Karena sebagian besar tugas-tugas tidak dilakukan dalam isolasi, desain pekerjaan yang sangat sering digunakan untuk sekelompok karyawan. Dalam beberapa kasus, tim dapat dibuat yang secara keseluruhan bertanggung jawab untuk tugas yang lebih besar atau mengatur tugas. Terserah kepada tim untuk memutuskan bagaimana pekerjaan akan diselesaikan, yang individu akan melakukan apa tugas, dan kapan. Dalam kebanyakan kasus, anggota tim akan memiliki banyak keterampilan yang memungkinkan mereka untuk berubah pekerjaan dari waktu ke waktu. Seperti halnya dengan desain pekerjaan individu, kesempatan tambahan seperti inspeksi / kontrol kualitas, pemeliharaan, dan tugas-tugas yang terkait seperti pasokan memesan sering ditugaskan ke tim di samping tugas-tugas rutin mereka.
Langkah-langkah apa yang harus saya ambil ketika melakukan pekerjaan proyek desain?
Meskipun ada banyak cara untuk melakukan pekerjaan desain, tahap berikut adalah penting:
Melakukan penilaian praktik kerja saat ini.
Apakah desain pekerjaan dibutuhkan atau layak? Diskusikan proses dengan karyawan dan pengawas yang terlibat dan menjadi jelas tentang proses, atau setiap perubahan atau pelatihan yang akan terlibat.
Melakukan analisis tugas.
Memeriksa pekerjaan dan menentukan dengan pasti apa tugas-tugas. Pertimbangkan apa fitur peralatan dan workstation penting untuk menyelesaikan tugas. Mengidentifikasi masalah.
Desain pekerjaan.
Mengidentifikasi metode-metode untuk melakukan kerja, kerja / istirahat jadwal, persyaratan pelatihan, peralatan dan tempat kerja dibutuhkan perubahan. Mengkoordinasikan tugas yang berbeda sehingga masing-masing bervariasi aktivitas mental dan posisi tubuh. Berhati-hatilah untuk tidak di bawah atau kelebihan beban pekerjaan.
Menerapkan desain pekerjaan baru secara bertahap.
Anda mungkin ingin memulai dalam skala kecil atau dengan proyek percontohan. Melatih karyawan dalam prosedur baru dan penggunaan peralatan. Memungkinkan untuk periode penyesuaian dan waktu untuk memperoleh pengalaman dengan desain pekerjaan baru.
Re-desain pekerjaan mengevaluasi secara terus menerus.
Membuat penyesuaian yang diperlukan.
Anda mungkin juga ingin membentuk sebuah komite untuk mewakili berbagai kelompok yang terlibat. Job design harus melibatkan karyawan, serikat pekerja, kesehatan dan keselamatan panitia dan manajer selama seluruh proses. Partisipasi semua pihak meningkatkan komunikasi dan pengertian.
Menjadi jelas bahwa tujuan dari desain pekerjaan ini adalah untuk memperkuat operasi dan tenaga kerja, bukan untuk menghilangkan set pekerjaan atau keterampilan.
Langganan:
Postingan (Atom)